Mohon tunggu...
Yeksa Sarkeh Chandra
Yeksa Sarkeh Chandra Mohon Tunggu... lainnya -

"Berkarya Ngga Usah Banyak Omong"

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Nasib Tragis PERSIPASI

27 Agustus 2014   22:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:21 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="574" caption="Skuad PERSIPASI 2014"][/caption]

Putaran babak penyisihan Liga Divisi Utama Nasional telah usai, kenyataan pahit harus dihadapi oleh klub kebanggaan masyarakat Kota Bekasi. Di akhir putaran kompetisi Persipasi harus rela terpental dan jatuh pada jurang degradasi.Persipasi harus menapaki kompetisi dari bawah kembali, menjadi klub amatir dengan bersaing dengan ratusan klub-klub amatir di seluruh Indonesia.

Dengan mengantongi nilai 15 point pada akhir kompetisi di pekan kemarin maka Persipasi hanya bertengger pada urutan ke dua terbawah. Sesuai dengan regulasi yang telah diambil pada Kongres Tahunan PSSI di Surabaya dan juga Manager Miting di Jakarta telah ditetapkan dua klub terbawah harus masuk dalam jurang degradasi.

Guna memastikan regulasi tersebut, saya pribadi juga telah menghubungi CEO Liga Indonesia, dan mendapatkan jawaban yaitu Persipasi positif turun kasta. Entah apa saya rasakan kali ini, geram marah atau gundah yang jelas tak rela melihat satu-satunya klub di Kota Bekasi yang turut dalam Liga Pro terpental dari pentas kompetisi sepak bola nasional.

Begitu besar investasi waktu dan juga materi yang telah ditanamkan kepada Persipasi. Sejarah telah mencatat bahwa para pengurus Persipasi terdahulu berjuang bahu membahu guna mewujudkan nilai kebanggaan untuk warga Kota Bekasi. Namun pada hari ini, perjuangan mereka hancur, nilai kebanggaan yang telah digadang-gadang dengan bermimpi melihat tim kebanggan tampil pada Stadion yang dibangun dengan megah sirna seketika.

Terasa begitu menyakitkan ketika melihat Stadion megah yang katanya setara dengan Stadion San Sirro itu. Mimpi buruk terasa berada dipelupuk mata, apakah kita akan menjadi penonton melihat tim-tim hebat berlaga di Stadion kebanggaan kita semua. Kita Cuma bisa melihat tim-tim hebat dari daerah lain berlaga di Stadion Patriot. Kita hanya jadi penonton tanpa memiliki kebanggaan apa pun. Lucu sekaligus menyakitkan jika itu semua terjadi, karena kita hanya berada di kelas penonton bukan pada pelaku sejarah pembuat prestasi.

Agar mimpi buruk tersebut tidak menjadi kenyataan maka lebih baik kita semua berbenah. Keadaan sudah seperti saat ini, jangan malah menjadi dagelan yang tak lucu dengan masing-masing membuang badan dan beretorika untuk menyalahkan pihak-pihak lain. Masyarakat sudah cukup cerdas untuk mencerna setiap persitiwa yang terjadi di sekitar kita.

Persipasi yang pada awal musim tampil dengan percaya diri bahkan semua punggawa dan manajemennya memasang target maksimal yaitu lolos dan masuk ke dalam kasta Liga tertinggi di Indonesia. Namun kepercayaan diri serta semangat yang menggebu tak berbanding lurus dengan kepentingan penguasa saat ini. Pihak-pihak pemegang kebijakan seolah berada di dunia lain sehingga ketika berbicara seakan tak nyambung satu sama lain.

Berbagai kepentingan dan juga ambibisi dari sana sini menyelimuti atap-atap stadion megah tersebut. Puncak kisruh Persipasi adalah ketika penguasa menggunakan tangan besinya mengusir dan menggembok kantor sekretariat Persipasi di area Stadion tersebut. Padahal Walikota telah membuat surat yang menetapkan bahwa Stadion Patriot adalah Home base dari Persipasi. Tapi surat tersebut seolah tak ada artinya sama sekali, yang ada malah pelarangan tampil di Stadion tersebut. Sungguh suatu bahasa yang tak nyambung antara satu dan yang lainnya.

Beberapa bulan yang lalu, di kolom yang sama di halaman yang sama ini, saya telah menuliskan bahwa antara Persipasi dan Stadion Patriot laksana Badan dan Nyawa. Ketika mereka dipisahkan satu sama lain maka keduanya tak ada artinya. Persipasi tanpa Stadion Patriot maka dia akan mati, demikian juga Stadion Patriot tanpa Persipasi dia akan kehilangan nyawa kebanggaannya. Padahal niat awal pembangunan stadion tersebut adalah menjadi simbol kebanggaan dan juga prestasi yang dapat mengharumkan Kota Bekasi di kancah Olah Raga Indonesia.

Dan ketika pemilik kebijakan memutuskan agar Persipasi hengkang dari kandangnya sendiri maka saya berkesimpulan bahwa saat itu pula Persipasi telah mati.Mengapa saya berkesimpulan demikian, karena sepak bola modern saat ini merupakan bagian dari industry olah raga. Undang-undang mengamanatkan bahwa klub sepak bola professional haram menggunakan APBD. Maka kita harus bergantung pada sponsor dan partnership, pihak sponsor dan partnership akan bekerja sama dengan klub yang jelas homebase dan juga penontonnya.

Maka ketika Persipasi tak memiliki rumah secara otomatis sponsor-sponsor dan partnership yang telah mengikat kerja sama dengan Persipasi di awal musim lalu mengundurkan diri. Mereka tak mungkin menyeponsori klub yang tak jelas akan bertanding dimana dan berapa penontonnya. Ketika penguasa mengusir dan menggembok Persipasi dari Stadion maka saat itu pula para sponsor kabur meninggalkannya. Ketika sponsor kabur maka sesuai dengan fatsun sepak bola modern yang diamanatkan oleh Undang-undang adalah Persipasi akan mati karena sumber kehidupannya telah dicabut.

Saya sangat berharap kematian Persipasi ini adalah Mati Suri. Klub kebanggaan masyarakat Kota Bekasi harus bangkit lagi dan hidup lagi. Walau entah berapa besar investasi waktu yang diperlukan untuk kembali kepada posisi sebelum degradasi. Apakah satu tahun, dua tahun atau bahkan lima tahun ke depan baru kembali ke pentas Liga Profesional. Karena iklim kompetisi dari tahun ke tahun kian ketat, semoga kita mampu mengembalikan Persipasi ke posisi semula.

Secara teknis Persipasi merupakan tim yang tangguh, buktinya di awal musim dia bertengger di nomor satu klasemen sementara. Secara kelayakan homebase pun Stadion Patriot telah dinyatakan sangat layak untuk menggelar pertandingan, buktinya Liga Indonesia sebagai pemegang hak verifikator menyatakan Persipasi bisa berumah di Stadion tersebut. Bukti lain kelayakan Stadion dapat digunakan adalah dapat digelarnya pertandingan persahabatan antara Persipasi dan Persija pada medio Maret lalu dengan sukses. Dengan dihadiri oleh lebih dari 35 ribu massa bahkan di siarkan secara langsung oleh televisi swasta memberikan bukti nyata bahwa stadion tersebut sangat layak dapat dipergunakan.

Maka sumbu masalah utama Persipasi adalah financial dan masalah tersebut akan selesai ketika sponsor mau bekerja sama. Sponsor akan bekerja sama jika Persipasi memiliki rumah sendiri dan penonton yang setia. Maka faktor Stadion menjadi faktor penentu dalam hidup matinya Persipasi.

Karena alasan hukum selalu menjadi batu sandungan yang terus dilemparkan oleh penguasa saat ini jika Persipasi menggunakan stadion. Dan juga karena saya buta serta awam dengan hukum, maka saya bertanya : jika Persipasi tampil di Stadion Patriot tersebut maka Persipasi melanggar Undang-Undang apa dan Pasal berapa? Saya berharap ada yang memberikan pencerahan atas ketidaktahuan saya ini.

Wassalam.

(sarkehchandra@yahoo.co.id)

*Tulisan ini sudah dipublikasikan pada Harian Umum Radar Bekasi edisi Rabu,27 Agustus 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun