Mohon tunggu...
Sarkadi
Sarkadi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Negeri Jakarta

Dosen Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru yang Memesona: Tuntutan Pembelajaran Kekinian

14 Oktober 2020   11:14 Diperbarui: 14 Oktober 2020   11:24 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh pembangunan sumber daya manusianya. Pembangunan sumber daya manusia yang berhasil akan mempercepat pembangunan negara. Sebaliknya, kegagalan pembangunan sumber daya manusia akan berdampak pada kegagalan negara untuk membangun dirinya. 

Titik berat pembangunan sumber daya manusia terletak pada bagaimana pendidikan dikelola dengan baik dari mulai pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Pengelolaan Pendidikan dapat dilakukan dengan baik dengan memperhatikan beberapa hal seperti; anggaran yang disediakan, kurikulum yang dikembangkan, komitmen penyelenggara pendidikan, ketersediaan sarana dan prasarana, serta yang tidak kalah penting adalah kualitas guru.

UUD NRI 1945 Pasal 31 Ayat 4 menyatakan bahwa "Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional". Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemerintah memiliki itikad baik untuk membangun pendidikan dengan mencantumkan besaran 20% dari APBN pada konstitusi negara, meskipun dalam praktiknya masih harus dikritisi.

Selain itu, pengembangan kurikulum juga terus dilakukan dengan menyesuaikan perkembangan zaman, kemajuan teknologi, dinamika dan kebutuhan di masyarakat.  Kurikulum yang terakhir dikembangkan adalah Kurikulum 2013. Kurikulum ini menitikberatkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered learning) dibanding kurikulum-kurikulum sebelumnya yang terkesan berpusat pada guru (teacher centered learning). 

Konsekuensi logis dari pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah digunakannya model-model pemebelajaran yang mampu memacu peserta didik menjadi aktif, kreatif, dan inovatif.  Misalnya, model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL), Projek-Based Learning (PjBL), Discovery Learning (DL), Inquiry Learning dan sebagainya. 

Sumber : https://inventionlandinstitute.com/discovery-learning-method/
Sumber : https://inventionlandinstitute.com/discovery-learning-method/
Ditunjang dengan tuntutan pembelajaran abad 21 yaitu 4C yang meliputi : critical thinking, creative thinking, collaborative dan communicative. Bahkan, seiring perkembangan zaman dan kompleksitas pendidikan, tuntutan pembelajaran abad 22 juga ditambahkan dengan empat kompetensi baru, yaitu : care, connected, cultural, dan communal. 

Sehingga tuntutan pembelajaran yang semula  4C menjadi 8C. Di samping itu, pendidikan karakter juga terus mendapatkan penguatan dalam rangka meningkatkakan mutu pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter peserta didik. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) meliputi empat dimensi yaitu: olah hati (etik), olah pikir (literasi), olah rasa (estetik), dan olahraga (kinestetik). 

Keempat dimensi ini diintegrasikan pada proses pembelajaran intrakulikuler, kokulikuler, dan ekstrakulikuler yang berbasis pada pengembangan budaya sekolah atau melalui kolaborasi dengan komunitas-komunitas di luar sekolah seperti lingkungan masyararakat dan keluarga yang pada gilirannya dapat memperkuat Tri Pusat Pendidikan. 

Sumber : https://www.educationtask.com/respect-for-teachers.html
Sumber : https://www.educationtask.com/respect-for-teachers.html
Komitmen penyelenggara pendidikan dan ketersediaan sarana dan prasarana juga menjadi unsur yang tidak kalah penting dalam upaya membangun pendidikan. Tanpa adanya komitmen penyelenggara pendidikan dari pusat ke daerah, arah pendidikan dipastikan menjadi tidak jelas. 

Selain itu, ketersediaan sarana dan prasarana sebagai wadah untuk terselenggaranya pendidikan yang kondusif menjadi unsur penting dalam kemajuan pendidikan. Namun, fakta-fakta dilapangan seringkali menunjukkan masih banyak sekolah yang memiliki keterbatasan sarana dan prasarana, terutama sekolah di kawasan 3T. Hal ini, tentu menjadi perhatian dan permasalahan yang harus segera diselesaikan dalam rangka mewujudkan pendidikan yang berkeadilan.

Unsur lain yang paling menentukan keberhasilan pendidikan adalah kualitas guru. Sebagus apapun kurikulum yang dikembangkan, komitmen penyelenggara pendidikan yang mumpuni serta terjaminnya ketersediaan sarana dan prasarana tidak akan berarti tanpa diiringi dengan kualitas guru yang baik. 

Oleh karena itu, kualitas guru harus terus ditingkatkan agar dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Guru-guru yang berkualitas adalah guru-guru yang professional di bidangnya, dicirikan dengan dimilikinya kompetensi professional guru seperti; kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional.  

Guru yang professional bisa disebut sebagai guru yang memesona. Guru yang memesona memiliki daya tarik bagi para peserta didik. Daya tarik ini menjadi kompetensi penting yang harus dimiliki seorang guru. Dengan demikian, maka proses pembelajaran akan dengan mudah mendapat perhatian dari peserta didik.

Sumber : https://dobienews.scuc.txed.net/14081/student-life/what-students-want-teachers-to-know/
Sumber : https://dobienews.scuc.txed.net/14081/student-life/what-students-want-teachers-to-know/
Pesona guru saat ini menjadi suatu keharusan. Dalam melakukan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered learning), guru yang memesona tidak lagi mengambil peran sebagai pusat pembelajaran yang terus menerus memberikan materi-materi atau ceramah-ceramah, tetapi lebih sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran. 

Kebiasaan guru yang selalu marah-marah di depan kelas terhadap peserta didik menjadi sesuatu yang harus disingkirkan. Guru dituntut untuk selalu tersenyum di hadapan peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Ini perlu dilakukan untuk memberikan suasana belajar yang menyenangkan.

Guru yang memesona menjadi sosok yang diidamkan dalam pembelajaran kekinian. Untuk menjadi guru yang memesona, maka seorang guru harus :

  • Menjadi teman belajar (co learner) yang menyenangkan sehingga mampu membuat analogi materi yang sulit menjadi mudah dipahami.
  • Pandai membuat metafora atau perumpamaan sebagai strategi sehingga peserta didik mudah menangkap esensi dari materi.
  • Canggih dalam pengggunaan teknologi sehingga guru mampu menyesuaikan gaya belajar peserta didik yang akrab dengan penggunaan teknologi.
  • Humoris namun tegas dan disiplin. Sifat humoris dapat membuat suasana belajar yang lebih akrab dan menyenangkan.  Namun, guru harus tetap tegas dan disiplin antara waktu belajar dan bercengkrama sehingga pembelajaran tetap berjalan dengan kondusif.
  • Pandai berempati dan menyayangi peserta didik, sepenuh hati menjalankan tugas dan kewajiban serta menyadari apa yang dilakukan adalah panggilan jiwa.

Dengan kriteria ini, setiap guru diharapkan menjadi guru ynag memesona, disayangi oleh peserta didik dan dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Sudahkah guru-guru saat ini menjadi guru-guru yang memesona? Jawabannya tentu ada pada diri guru masing-masing. Semoga guru-guru saat ini mmapu menjadi guru-guru yang memesona yang diharapkan kehadirannya oleh peserta didik di kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun