Air mata jatuh di pelupuk mata Ilham. Saat ini, ia melihat istrinya sedang meregang nyawa di hadapannya. Minuman yang ia pegang pun sampai terjatuh ke atas aspal, saking lemasnya ia melihat istrinya, yang saat ini sudah berlumuran darah dan tergeletak lemah di atas aspal jalan.
Suara kendaraan bersahutan, karena perjalanan mereka yang tertahan akibat terjadinya kecelakaan tersebut. Banyak sekali orang-orang yang turun dari kendaraan, untuk melihat kejadian yang mengenaskan tersebut.
Elma, yang mana istri dari Ilham, tertabrak sebuah truk ketika ia sedang duduk di bangku yang berada di pinggir sebuah jalan. Elma sedang menunggu kedatangan Ilham, yang sedang membelikan minuman untuknya. Ia menunggu dengan sabar, tetapi beberapa saat berlalu Ilham belum juga kembali.
"Elma ...," gumam Ilham, yang merasa tidak percaya dengan kejadian yang terjadi dengan istrinya tersebut.
Dengan rasa kesal dicampur amarah, dan juga kesedihan yang meluap, Ilham pun berlarian ke arah kerumunan orang. Ia melihat istrinya dari dekat, yang saat kini sudah berlumur dengan darah. Ia menghela napasnya panjang, berusaha untuk menguatkan dirinya. Ia menyentuh nadi Elma dan juga memeriksa napas Elma. Nahas, Elma sudah tiada saat ini.
Sekitar lima menit berlalu Ilham meninggalkan Elma sendiri, untuk membelikan Elma minum, tetapi takdir ternyata memisahkan mereka secepat ini. Tangisan sudah mulai pecah, air mata sudah berderai membasahi wajah Ilham. Saat ini, ia pun sudah kehilangan Elma dari sisinya untuk selamanya.
Ketika menyadari sudah tidak ada lagi harapan, Ilham memeluknya dan menangisi kepergiannya, membuat mereka yang melihat merasa sangat prihatin kepada dirinya dan juga sang korban.
"Elma ... istriku ... mengapa kau meninggalkan aku secepat ini? Kenapa waktu cepat sekali berlalu? Andai aku tidak membeli minuman untukmu, aku pasti tidak akan kehilangan dirimu," rintih Ilham, seraya memeluk erat tubuh Elma, yang sudah mengeluarkan banyak sekali darah.
Sejak kejadian tragis itu, Ilham berubah menjadi sosok pribadi yang murung. Dirinya yang berprofesi sebagai guru, di salah satu Sekolah Menengah Atas di wilayahnya, sampai tidak mood untuk bekerja.
Ketika menjelaskan pelajaran kepada anak-anak muridnya pun, ia sudah tidak mampu. Semua orang melihatnya dengan sendu, karena Ilham yang dinilai sangat ramah dan perhatian kepada para muridnya, saat ini sudah kehilangan semua jati dirinya. Kini, Ilham sudah berubah menjadi Ilham yang pemurung.
Bagaimana tidak, ia dan juga Elma sudah mengarungi rumah tangga bersama. Sekian lama kebersamaan mereka, membuat mereka merasa tidak bisa jika hidup tanpa salah satu dari mereka. Apalagi Elma juga berprofesi sebagai guru di sekolah tersebut, sehingga membuatnya banyak sekali mengukir kenangan bersama. Meskipun hanya sebatas bertemu di sela jam istirahat sekolah, tetapi bagi mereka waktu mereka menjadi lebih banyak. Karena sudah bertemu di rumah setiap harinya, mereka juga bertemu di sekolah.
Karena tidak bisa menghilangkan rasa sedihnya selama satu bulan ini, Ilham pun memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai guru di sekolah tersebut. Banyak sekali pihak yang kehilangan dirinya, tetapi mereka juga tidak bisa menahan Ilham untuk pergi dari sana, mengingat banyak sekali kenangan yang terukir di sekolah tersebut, antara dirinya dan juga Elma.
Siang ini, Ilham yang sudah berbicara dengan kepala yayasan tentang pengunduran dirinya, langsung pamit dengan para siswa dan juga rekan-rekan kerja lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H