PENGARUH HOAKS TERHADAP KETAHANAN IDEOLOGI NEGARA
Hoaks atau informasi palsu menjadi salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat global, termasuk Indonesia. Dalam era digital yang serba cepat ini, informasi dapat dengan mudah tersebar luas tanpa verifikasi yang cukup. Meski sering kali dianggap sepele, hoaks memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap ketahanan ideologi negara, terutama Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana hoaks dapat merusak ketahanan ideologi negara dan bagaimana cara menghadapinya.Â
Apa itu Hoaks?Â
Hoaks adalah informasi yang sengaja dibuat untuk menipu atau memanipulasi opini publik. Hoaks sering kali bersifat provokatif, mengandung kebohongan yang dibuat seolah-olah fakta, dan disebarkan melalui berbagai platform, seperti media sosial, aplikasi pesan, atau situs web. Hoaks dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, mulai dari keresahan masyarakat, kerugian finansial, hingga rusaknya reputasi individu dan organisasi. Â Â
Hoaks memiliki dampak yang signifikan terhadap ketahanan ideologi negara, terutama dalam konteks negara seperti Indonesia yang memiliki keberagaman budaya, agama, dan pandangan politik. Penyebaran informasi palsu atau hoaks dapat melemahkan fondasi ideologi negara, seperti Pancasila, yang menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Berikut beberapa alasan mengapa hoaks sangat berpengaruh terhadap pertahanan Ideologi Negara.
 Pertama, hoaks dapat menciptakan polarisasi di masyarakat. Informasi yang tidak benar sering kali dimanfaatkan untuk memprovokasi konflik antar kelompok. Polarisasi ini dapat menggerus semangat persatuan yang diamanatkan oleh ideologi negara. Ketika masyarakat terpecah, nilai-nilai Pancasila seperti musyawarah untuk mufakat dan keadilan sosial menjadi sulit diterapkan.Â
Kedua, hoaks dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap institusi negara. Informasi palsu yang menyasar pemerintah atau lembaga negara dapat memunculkan ketidakpercayaan publik, sehingga menghambat fungsi negara dalam melindungi rakyat dan menjalankan pembangunan. Ketahanan ideologi menjadi rapuh ketika masyarakat tidak lagi percaya pada otoritas yang bertugas menjaganya.
 Ketiga, penyebaran hoaks juga dapat menghambat penguatan nilai-nilai ideologi di era digital. Dalam kondisi banjir informasi, masyarakat cenderung kesulitan membedakan fakta dari kebohongan. Jika dibiarkan, hoaks bisa membentuk opini publik yang bertentangan dengan nilai-nilai ideologi negara, seperti toleransi, kebersamaan, dan penghormatan terhadap keberagaman.Â
Untuk menjaga ketahanan ideologi negara, pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dalam memerangi hoaks. Edukasi literasi digital, penguatan nilai-nilai ideologi melalui pendidikan, serta penegakan hukum terhadap pelaku penyebar hoaks menjadi langkah penting. Hanya dengan demikian, ideologi negara dapat tetap kokoh menghadapi tantangan zaman.Â
Salah satu contoh pengaruh hoaks terhadap ketahanan ideologi negara adalah lonjakan disinformasi terkait Pemilu 2024 di Indonesia. Hoaks yang beredar, seperti narasi tentang potensi kecurangan pemilu atau manipulasi kandidat tertentu, telah menciptakan polarisasi di tengah masyarakat. Dengan memanfaatkan media sosial seperti TikTok, YouTube, dan Facebook, disinformasi ini sengaja dirancang untuk mempengaruhi persepsi publik, terutama generasi muda seperti Gen Z dan milenial, yang aktif di ruang digital.Â
Hoaks ini tidak hanya mengancam stabilitas sosial, tetapi juga mengganggu kepercayaan terhadap proses demokrasi. Misalnya, teknologi seperti AI digunakan untuk menciptakan konten palsu yang tampak autentik, seperti video yang diedit. Hal ini dapat memicu ketegangan politik yang mengancam ketahanan ideologi negara jika tidak ditangani dengan tegas melalui literasi media, regulasi ketat, dan pengawasan hukum. Tindakan preventif, seperti meningkatkan edukasi masyarakat dan menegakkan sanksi bagi penyebar hoaks, sangat penting untuk menjaga ketahanan negara di tengah era digital yang kian masif.
 Selain itu, penting untuk menyadari bahwa hoaks sering kali beredar dalam bentuk yang sangat menarik, seperti meme atau video yang mudah dibagikan. Hal ini membuat hoaks lebih cepat menyebar dan sulit untuk dihentikan. Masyarakat, terutama generasi muda, harus dibekali dengan keterampilan untuk mengenali ciri-ciri informasi palsu dan memahami bagaimana cara mengkonfirmasi keakuratan informasi yang diterima.Â
Peran media massa dan platform digital juga sangat krusial dalam mencegah penyebaran hoaks. Mereka harus bertanggung jawab dalam memastikan bahwa informasi yang disebarkan sudah diverifikasi dan sesuai dengan prinsip jurnalistik yang benar. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan media juga sangat diperlukan untuk menciptakan ekosistem informasi yang sehat dan bebas dari hoaks.Â
Untuk itu, mengembangkan kebiasaan bijak dalam bermedia sosial dan menjaga etika digital juga merupakan hal yang tak kalah penting. Sebagai warga negara yang baik, kita harus berpartisipasi aktif dalam menjaga kedamaian dan keberagaman yang telah lama menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Dengan kesadaran kolektif, kita dapat menjaga ketahanan ideologi negara dan memastikan bahwa Pancasila tetap menjadi pedoman hidup yang relevan di tengah perkembangan zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H