Precession plantation management, beliau memberikan saran kepada peserta dan beberapa mantan Dirjen Perkebunan, Dirjen Perkebunan, dan staf ahli khusus Kementerian Pertanian -- terkait sistem industri biomassa berkelanjutan. Melalui teknologi yang diterapkan dalam precession plantation management, sistem budidaya produktivitas tetap "berkelanjutan". Era yang digempur berbagai instrumen teknologi, semestinya dijadikan "kelimpahan teknologi" untuk mempertahankan kejayaan perkebunan Indonesia.
Perubahan zaman diiringi pergeseran pola pikir dan budaya generasi muda yang tiada satu hari tanpa menggunakan teknologi. Bagi Bapak Purwadi, sudah waktunya generasi muda, baik itu millenial maupun generasi Z dilibatkan dalam sektor perkebunan. Generasi yang kreatif, dinamis, inovasi, dan kerap berpikir bisnis.
"Berikan modal buat generasi muda untuk membeli drone, IoT, aplikasi, agar menarik minat mereka," tutur Bapak Purwadi. Teknologi tersebutlah yang bakal menyosong industri 4.0, untuk masa depan yang jauh lebih baik.Â
Bisa dikatakan, seluruh sektor industri di dunia tak lagi bisa menghindari kecerdasan teknologi yang dibaurkan inovasi. Sekarang, siapa orang yang tak bicara mengenai big data dan kemudahan teknologi. Dengan big data, bahkan, limbah kimia pun dapat dibuang ke area yang lebih tepat dan aman lingkungan. Saat ini, big data digunakan segala aspek industri, termasuk kesehatan dan keamanan.Â
Yang lebih penting adalah rakyat, sebab keberhasilan perkebunan Indonesia diukur oleh kesuksesan pembangunan perkebunan rakyat. Sebaiknya, peng-korporasi-kan petani melakukan peng-korporasi-kan kegiatan, untuk meningkatkan performa manajemen.Â
Jasa pemupukan, penyemprotan, panen, dan lain-lain, dapat dilakukan dengan manajemen korporasi berbasis IT. Beliau membayangkan, tidak lama lagi, bakal banyak anak-anak muda yang memiliki bisnis jasa penyemprotan menggunakan drone - apabila para pelaku dan pemerintah memanfaatkan gelombang teknologi.
Mimpi kejayaan perkebunan Indonesia, sekali lagi, memerlukan "keberlanjutan" terpadu: sumber daya manusia kompeten, dukungan dan fasilitas pemerintah, lembaga riset, lembaga pendidikan, lembaga petani, dan networking yang kompak dan selaras. Kelimpahan teknologi dan generasi muda harus bisa menjadi "driver" pembangunan perkebunan Indonesia. Lagi dan lagi, pemerintah atau siapa pun sebaiknya hindari eksploitasi komoditas maupun manusianya, demi menjaga ekosistem.
Mengenai generasi millenial, Kementerian Pertanian menargetkan 1 juta petani milenial (target utama) setiap tahun yang searah dengan road map program sumber daya manusia untuk memakmurkan sektor pertanian (perkebunan) di Indonesia -- produksi hasil pertanian yang juga berorientasi eskpor. Bahkan pemerintah mempunyai target tingkatkan 3 kali lipat ekspor dengan 1 kali impor di sektor pangan, termasuk perkebunan.
"The goose that laid the golden eggs" diungkapkan oleh Bapak Dr. Ir. Purwadi, MS, jika bangsa sedang bertelur emas, janganlah dibunuh! Kelimpahan teknologi dan generasi muda itulah angsa yang sedang bertelur emas.
Pintu peradaban baru mulai dibuka, teknologi secanggih apa pun, akan terkalahkan jika masyarakat Indonesia tidak memiliki kecerdasan Pancasila. Kembali pada "akar", itulah inti dari semua! Urusan cinta pun bisa mewujudkan mimpi-mimpi besar secara serempak. Maka kemajuan perkebunan Indonesia akan aman di tangan millenial atau generasi penerus!