Mohon tunggu...
Saris D Pamungki
Saris D Pamungki Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis Dan Merekam Lewat Visual

Beda Tapi Tak Sama dan sendiri nyali teruji, dua kata buat penyulut semangat diri

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ada yang Tertangkap oleh Kameraku

9 September 2019   07:12 Diperbarui: 9 September 2019   07:21 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hutan di Sitinggil, Dokpri

Hari minggu kemarin (8/9), sekitar pukul 9 pagi, bersama ketiga kawanku pergi ke Sitinggil. Sebuah tempat yang konon ceritanya menjadi Petilasan Panembahan Begawan Abiyasa, yang terletak di Dusun Ngukiran, Tawangrejo, Gemarang, Madiun. Travellingku kali ini agak menantang, karena aura mistis lokasi sangat terasa. Dan ini jadi pengalaman yang tak pernah kulupa.

Oh iya, ketiga teman yang bersamaku kali ini bermaksud ingin melihat dari dekat kompleks wisata religi tersebut, sejauh mana keadaan fisik serta apa saja yang masih lestari di tempat bersejarah itu. Kalau aku, hanya mengeksplor materi yang kemudian jika sudah terpenuhi, mau kurangkai potongan gambarnya menjadi sebuah cerita dalam film dokumenter nanti.

Sebelum menuju ke lokasi, siapapun yang datang ke Sitinggil, diharuskan untuk meminta ijin Kepada Juru Kunci terlebih dahulu. Jarak rumahnya dengan lokasi tempat yang akan kami tuju tak terlampau jauh, hanya sekitar 1 km saja.

Sesampainya di rumah Juru Kunci, kami dijamu beragam cerita, kurang lebih selama setengah jam. Beliau sangat bersemangat membagikan cerita pada mulai kami, tanpa pikir panjang, alat rekam pun ku keluarkan, sebagai materi awal sebuah dokumenter yang akan aku buat nanti. Beliau bercerita mulai dari perjalanan laku spiritual selama diberi amanah sebagai Juru Kunci "Ngukira Tawu" Sitinggil sejak tahun 1978 hingga sekarang.

Banyak sekali rekaman sejarah yang aku dapat diawal travelling sederhana ini, atas apa yang disampaikan oleh Sang Juru Kunci. Setelah dirasa cukup, sebuah kunci pintu kompleks Petilasan diberikan olehnya, dan kami pun bergegas menuju ke lokasi. Karena, tak terasa, tepat posisi di atas kepala kami, teriknya Matahari kurasa, padahal kami belum lakukan apa-apa di sini.

Bicara Sitinggil, memang kerapkali dihubungkan dengan hal yang sakral dan mistis. Padahal jika mau dikemas, lebih membumi ketika, tempat ini dijadikan sebuah tempat ber-Wisata Religi.

Sitinggil berada di atas bukit. Tidak terlalu tinggi, dan dikelilingi area persawahan. Biasanya, orang lebih suka melakukan ritual doa maupun semedi (tafakur) pada malam hari. Jika siang, bisa dipastikan sepi, namun ada saja satu dua orang yang berkunjung, itupun kebanyakan dari luar kota.

Ketika sampai di lokasi, masing-masing dari kami mulai eksplor lokasi sendiri-sendiri. Ada yang meneliti dan mengagumi gelombang elektromagnetik yang muncul sangat besar, dari sebuah batu (kecil / besar) di sekitar petilasan.

Hanya sebentar kami berada di kompleks Sitinggil ini, kemudian kami lanjutkan ke lokasi berikutnya yaitu sendang Nirmala.

Aku merasa ada yang berat menahanku untuk meninggalkan lokasi petilasab, namun hanya berdiam dan langsung menuju ke lokasi kedua, Sendang Nirmala.

Sendang ini masih berada di seputaran petilasan, tepatnya di sebelah selatan. berputar-putar, bertanya orang kampung dimana letak sendang tersebut. Ternyata, kami sudah melewatinya sejauh 2 km di belakang tadi, kami pun putar balik, dan jalan menuju Sendang tersebut.

Di Sendang Nirmala, saat pejamkan mata aku merasakan kayak ada sesosok laki-laki tinggi besar, bersorban, pakaian putih, berambut panjang, dan berjenggot hitam selalu mengawasiku dari pohon sono yang menjadi tanda letak Sendang ini.

Sosok lelaki tua itu agak muram, sedih. Merinding, ini siang kok bisa tampakkan diri begini.

Saat itu aku dan temanku menunggu kedua temanku yang lain masih di belakang, terpaut jauh jaraknya. 

Setelah mereka sampai, secukupnya aku merekam area Sendang, yang mulai mengering airnya. Ketika perjalanan pulang nuju rumah Juru Kunci yang tadi, kami berempat beristirahat sebentar di bawah pohon nangka. Sejuk dan rindang, kami saling berdiskusi atas apa yang kami dapat selama eksplor lokasi petilasan tadi. Di tengah-tengah diskusi, suasana jadi sunyi, lengang sama sekali tak ada angin lewat. Tak sengaja pula, kawanku menangkap sebuah gambar (di atas) pula. 

Kami saling memandang, dan aku pun mengajak mereka pulang. 

Sesampai di rumah, barulah hal ghaib yang aku dapati tadi di petilasan, aku coba share ke kawan-kawan, hal itu memang ada atau hanya khayalanku saja.

Satu Kawanku bilang :

"Tadi, sesaat setelah kita keluar dari Sendang Nirmala, aku melihat kamu diikuti oleh sosok samar namun tinggi besar, tapi aku diam saja, kukira kamu tak merasakan hadirnya makhluk tersebut", demikian kata temanku menjelaskan.

Bismillah, semoga baik-baik saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun