Yang lazim terjadi, di belakang rumah Bakkar, hampir seharian selalu riuh dengan canda tawa dan jadi basecamp Lintang bersama teman-temannya sepulang dari sekolah hingga jelang waktu Ashar.
Namun, beberapa hari ini beda dirasa oleh Shirami. Apalagi di saat suaminya berangkat kerja ngulli (serabutan) di luar, dia pasti seorang diri, sesekali menerima tawaran mencuci pakaian tetangga yang sebagian besar adalah pegawai Samsat serta beberapa anak kost di seberang jalan rumahnya.
Begitulah keadaannya kini,
"Alhamdulillah, kau buatkan juga kopinya....Mmmmmhhhh," ucap syukur Bakkar sambil peluk dan godain istri yang masih kelihatan kesal dengannya atas kepulangannya yang dianggap tak biasa.
"Aaahhh...apaan sih, mana janjinya, tadi mau jawab pertanyaanku", tukas Shirami melepaskan dekapan Bakkar.
"Mulai darimana ya," gumam Bakkar.
"Kamu mau aku cerita, tapi bolehkah aku minta pijitin kakiku yang kiri", pinta Bakkar.
"Halah, mesti kamu ini mas, selalunya pakai syarat, kayak ngurus STNK di Samsat", meski dengan wajah cemberut Shirami ikhlas penuhi permintaan suaminya.
"Ayolaaahhh....Rami",Â
Di ruang tamu yang sekaligus jadi tempat tidurnya, Bakkar memulai ceritanya.
"Pertama, kenapa terlambat pulang, karena suamimu tadi musti ikuti penjelasan Mandor Proyek ke kawan-kawan pekerja lain perihal pentingnya Jaminan Kesehatan lewat Jawatan Ketenagakerjaan, tentu ada beberapa yang keberatan, gaji mereka terpotong jika ikut program itu", jelas Bakkar.