Mohon tunggu...
Saris D Pamungki
Saris D Pamungki Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis Dan Merekam Lewat Visual

Beda Tapi Tak Sama dan sendiri nyali teruji, dua kata buat penyulut semangat diri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kau Berhasil Menamparku

25 Oktober 2018   14:42 Diperbarui: 25 Oktober 2018   14:55 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kala itu...

Caruban Pagi ini (28/8), dering telepon pintarku berbunyi, bangunkan ritual pagi yang biasanya mesra dengan secangkir kopi di meja dapur rumah ibuku. Saking nikmatnya, keintiman kami berdua langsung buyar.

"Nggeh, Assalamualaikum, siapa niki?", tanyaku sebagai pembuka di ujung telepon.

"Mas, ini saya, bu Nanik, Saya sudah di Bank", Sahut beliau.

Antara sadar dan tidak, ternyata schedule perjalanan hari ini ada janji sama beliau, Bu Nanik. Seorang wanita paruh baya yang jadi peserta salah satu Program andalan Pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan (sebut saja KPM PKH) meminta bantuan untuk didampingi dalam hal pembukaan blokir pin ATM nya di Bank dekat rumahku ini.

"Ya, Allah. Nggeh bu, ambil nomer antrian dulu nggeh, bentar lagi saya nyusul", jawabku sambil beberes dokumen yang nanti aku bawa menyertai beliau selesaikan urusannya.

Bu Nanik Lestari, datang diantar oleh suaminya dan dua anaknya. Sekalinya kami bertemu di pintu depan Bank, pandanganku terpaku oleh anaknya yang pertama, Si Agis. Seorang anak yang istimewa, anak yang buatku tak lelah mengaguminya walau di atas lagi debat dengan tagar #2019 yang bla bla bla. Lihat, meskipun fisik dan mental Agis tak sempurna sepertiku, namun keluarga ini benar-benar mampu menamparku.

Terlihat dari sabarnya bu Nanik mengajak Agis dan adiknya bermain sambil menunggu suaminya pulang ambil syarat administrasi agar terlayani oleh pihak Bank.

Tertegun oleh kebersamaan, kesederhanaan, ketegaran dan kesabaran yang mereka bangun di keluarga selama ini. Delapan tahun usia Agis, masih terlihat peluh perjuangan suami dan bu Nanik tunjukkan di depan mataku hari ini.

"Kau berhasil menamparku, ya sekerasnya lah menampar, hingga aku merasa tak punya apa-apa, menegaskan bahwa aku makhluk yang lemah,  hadirnya kalian, keluarga istimewa ini membuktikan bahwa benar-benar kekal tentang KeEsaanMu, Tuhan...", gumamku penuh lirih mengiris hati dan akal.

Teruslah tampar aku dengan seperti ini..., agar terhapus kesombongan yang sebenarnya hanya Tuhan yang berhak memakainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun