Mohon tunggu...
Khan
Khan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahsiswa Jomblo Pecinta Lopi

Mahasiswa Universitas Mataram

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berziarah ke Dalam Diri

5 Desember 2021   21:06 Diperbarui: 5 Desember 2021   21:13 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Teman-teman sekalian, Abah Guru Sekumpul pernah mengatakan, setiap orang yang membaca Sollah'ala Muhammad sebanyak seribu kali, tidak akan meninggal kecuali telah ditampakkannya surga di pada orang tersebut. Se-sakit apapun kamu, seburuk apapun penderitaan mu, kamu tidak akan meninggal---kecuali telah melihat surga dengan mata mu. Begitu dahsyatnya pancaran manfaat dari solawat. Tentu terlihat mudah untuk dikerjakan, tapi tidak. Sangat susah bagi potongan seperti kita ini. Kemudahan itu hanya ada dalam benak, tidak dalam penerapan.

Teman-teman, setiap hal bisa menjadi ibadah. Selama nawaitu mu menuju kepada keberkahan Tuhan. Ketika memiliki nilai (IPK) memuaskan kemudian merasa syukur, maka itu akan dihitung sebagai pahala atau contoh teman saya yang meminum secangkir kopi, dan dengan begitu dia akan dihitung mendapatkan keberkahan. Pun sebaliknya, seandainya ibadah (solat, ngaji, puasa) dilakukan dengan unsur ria'---berharap dipuji orang lain atau merasa besar kepala, maka berhati-hatilah. Sebab setan bersemayam didalamnya. Seperti diketaui, setan memiliki 1000 cara untuk menjauhkan manusia dengan Tuhan.

Saya teringat suatu kisah, yaitu kisah tentang setan menggendong orang menuju masjid. Pada zaman dahulu, ada seseorang tunanetra yang rajin beribadah. Ketika waktu solat telah tiba, dia segera menuju masjid, berjalan sesuai arah tempat azan dikumandangkan---selalu begitu. Hingga suatu saat, setan datang menolongnya---menggendong menuju masjid. Merasa ada sesuatu yang aneh, orang ini bertanya pada setan, "Siapa kau?". Dijawab setan, "aku adalah setan." Kemudian percakapan keduanya dimulai. Setan menjelaskan, bahwa ia membantunya karena suatu hari, saat orang tersebut berjalan menuju masijd, dia terjatuh. Karena jatuhnya itu, setan mendapatkan informasi, bahwa orang tersebut diringankan jalannya setengah menuju surga. Tidak ingin orang tersebut terjatuh lagi, akhirnya setan menggendongnya menuju masjid.

Dari kisah tersebut kita semakin sadar, bahwa setan tidak akan pernah kehabisan akal untuk menyesatkan, mencelakai, menghalangi manusia menuju kebaikan. Satu hal mesti kita sadari; Setan tidak pernah mengingingkan kebaikan untuk manusia, sedang Tuhan, Allah Azza Wajalla selalu memberikan yang terbaik untuk manusia.

Teman-teman, menziarahi diri sendiri itu perlu dilakukan. Sebagai bentuk evaluasi; Apa saja yang pernah disentuh tangan, ke mana saja arah kaki melangkah, apa saja yang dilihat oleh mata, apa saja yang pernah dikatakan (terucap) oleh lisan, dan sebagainya. Jika baik, kita meneruskan, juga sebaliknya. Selain itu, dengan melakukan ziarah terhadap diri sendiri, kita juga bisa menyusun strategi tubuh agar terhindar dari godaan setan. Seperti meningkatkan kewaspadaan terhadap apa yang akan disentuh oleh tangan, kemudian berhati-hati dalam melihat sesuatu, memilah dan memilihi bermacam suara (gibah, gunjing, dll) yang masuk ke dalam telinga dan sebagainnya.

Karena sesuatu yang kita anggap baik belum tentu baik dan dihitung sebagai ibadah, tatkala tidak dilandasi oleh nawaitu yang baik. Khawatirnya, jika pikiran dan perilaku yang kita anggap baik tersebut tidak dilandaskan dengan nawaitu yang baik pula, tentu secara transaksi kita tidak mendapatkan keberkahan---potensi diikuti gerakan masif setan akan besar. Dan celakanya, jarang diantara kita menyadari hal itu.

Berziarah berarti mengunjungi. Ketika berziarah ke kuburan, setidaknya ada dua hal yang secara sadar kita pikirkan. Pertama, mengingatkan diri bahwa kita akan mati. Kedua, mendoakan orang yang telah mati.

Ketika berziarah, bagi saya (mungkin) anda juga, tidak lengkap rasanya jika tidak membersihkan makam orang  yang kita kunjungi juga makam di-sekelilingnya. Dan lebih sempurna jika makam itu disiram. Konsep ziarah pada diri sendiri sebenarnya, sesederhana itu. Saat melakukan ziarah ke dalam diri, tentu kita menyadari kesalahan, kekhilafan. Baik yang dilakukan dalam keadaan sadar maupun tidak sadar---dengan begitu, secara tidak langsung kita merasa berdosa, lancang kepada Tuhan dan meminta ampunan-Nya. Kemudian menyiram diri  (maksudnya bukan fisik; jika disiram maka akan basah) dengan ber-istigfar, zikrullah, membaca solawat. Dengan begitu, "makam" yang berada dalam diri akan bersih dan semakin bersih.

Tentu menziarahi diri ini tidak hanya dilakukan sekali setahun (Setiap lebaran misalnya), sebulan atau seminggu. Melainkan setiap hari. Ibarat rumah, setiap hari harus disapu---bahkan dua hingga tiga kali. Pun demikian dengan diri (hati). Kebersihannya tidak pernah abadi. Selalu ada debu-debu kehidupan yang membuatnya kotor.

Teman-teman, dalam menziarahi diri tidak boleh ada kata jenuh atau bosan. Kita tidak mungkin bisa mengkonstruksi kehendak Tuhan; bahwa dunia yang kita pijaki ini merupakan sarang tipuan. Kita tidak boleh jauh dan terlepas dari quran dan hadis, meski terkadang bahkan sering melupakannya.

Teman-teman, hindari perbuatan sengaja yang mengotori diri mu. Jauhkan hal-hal yang berkaitan dengan aib orang lain, membuka aib sendiri---Ketika melihat, mendengarkan, mengetaui aib orang lain, tutupilah. Seakan-akan itu aib mu sendiri. Sisihkan prasangka buruk mu terhadap orang lain, karena perbuatan itu yang mengkikis kebersihan dalam hati mu. Berusahalah untuk mengerjakan apa yang diperintahkan, jauhi apa yang dilarang-Nya. Terkahir, jangan lupa ngopi dan kasihi kekasih mu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun