Mohon tunggu...
Khan
Khan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahsiswa Jomblo Pecinta Lopi

Mahasiswa Universitas Mataram

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fluktasi Tembakau di Tengah Pandemi Covid-19

14 Desember 2020   18:31 Diperbarui: 14 Desember 2020   18:33 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seperti PT H.M Sampoerna Tbk, yang sebelumnya dari 2.83 menjadi  4.88 triliun. Hal ini dikarenakan penjualan rokok menurun 11,8 persen sepanjang 2020 menjadi 44,73 triliun dibandingkan priode dengan tahun sebelumnya. Kedua perusahaan yang mengalami kerugian ialah penguasa pasar rokok nasional. Gudang Garam menguasai pasar sebsesar 25,6 persen. Gambaran lainnya telihat pada riset pasar Nielsen yang menyatakan permintaan rokok menurun selama masa pandemi Covid-19. Secara total, volume penjualan pada industri ini menurun 12,8 persen dibanding dengan tahun sebelumnya menjadi  110,4 miliar batang.

Selain disebabkan oleh pandemi, faktor yang mempengaruhi pendapatan petani tembakau ialah kualitas tanaman yang berkurang karena pada masa pertumbuhan turunnya hujan. Hal ini tidak baik bagi pertumbuhan tembakau, terjadi di wilayah Sakra Lombok Timur. Petani tembakau tetap bisa bertahan hingga akhir panen meskipun adanya permainan harga dan adanya pandemi Covid-19.  

Meningkatkan Kualitas Tanam Sebagai Cara Untuk Bertahan
Menurut penulis, strategi  bertahan yang bisa dilakukan oleh para petani yakni dengan meningkatkan kualitas tanam. Mulai dari pemilihan bibit, pemberian pupuk, perawatan hingga tumbuh dewasa, serta proses pembakaran. Untuk bibit, sebaiknya menggunakan jenis bibit tembakau virginia, selain berkualiatas, daun yang dihasilkan pun memiliki ukuran yang cukup besar, berbeda dengan jenis bibit yang lain.

Berdasarkan hal tersebut, perhatian kepada industri hasil tembakau di tengah pandemi dan resesi harus menjadi fokus utama pemerintah. Terlebih pemerintah tetap membutuhkan pemasukan untuk tetap menjaga  ruang fisikal tercukupi disaat masyarakt membutuhkan stimulasi dan perlindungan sosial. Pemerintah harus bersifat integratif dengan memasukan sektor pendukung pertanian dalam perlakuan khusus.  Petani adalah salah satu profesi yang sering mengalami ketidakpastian, baik dari alam, seperti cuaca, maupun dari relasi pasar.

Pandemi Covid-19 menambah sumber ketidakpastian dikalangan pelaku perekonomian termasuk petani.   Kedua, negara disaat masa krisis ini harus hadir dan lebih intensif dalam melakukan intervensi distribusi. Kita semua, khususnya orang yang orang tuanya berprofesi sebagai petani berharap, pemrintah bisa mengatasi permasalahan ekonomi baik itu di sektor pertanian, pasar, bisnis dan lain sebagainya. Mengingat saat ini, keadaan sedikit membaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun