Mohon tunggu...
Sarining TyasSukmawati
Sarining TyasSukmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Aktif Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fenomena Thrifting di Kalangan Masyarakat

16 Juni 2022   09:59 Diperbarui: 16 Juni 2022   10:14 1837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gaya hidup sangat erat kaitannya bagi setiap individu. Gaya hidup adalah cara setiap individu atau cerminan diri untuk menunjukan indentitasnya. Setiap individu memiliki gaya hidup yang berbeda beda. Dari gaya hidup bisa mengetahui bagaimana karakter setiap individu. Gaya hidup seseorang berkaitan dengan pola belanja dan pola pergaulan. Hal iu dapat mempengaruhi seseorang serta kebiasaan sehari hari nya.

Belanja juga memiliki kaitan yang erat dengan gaya hidup. Khususnya remaja, remaja sangat mudah terpengaruhi oleh lingkungannya untuk melakukan suatu hal. Adanya perkembangan mode dikalangan remaja juga melatar belakangi remaja untuk belanja.

 Untuk memenuhi suatu gaya hidup seseorang memiliki cara hidup yang sesuai dengan kemampuan masing masing. Beberapa orang memiliki pandangan gaya berpakaian yang keren adalah gaya hidupnya. Namun banyak juga individu yang tidak sanggup memenuhi gaya pakaian yang moden karna harga pakaian yang sudah ergolong mahal. Oleh karena itu beberapa individu memilih untuk berbelanja yang murah tetapi tetap dengan gaya berpakaian yang murah.

Adanya trend fashion masa kini menjadi beberapa remaja atau anak muda membeli pakaian bekas karena tuntutan gaya hidup dan trend fashion. Thrift shopping merupakan metode dalam berbelanja yaitu membeli pakaian atau barang bekas yang masih layak pakai untuk meminimalisir pemborosan atau penghematan. Thrift shopping ini juga mengurangi limbah garmen dan penghematan air. 

Namun dampak dari thrift shopping ini juga tidak baik dalam kesehatan. Berdasarkan hasil laboratorium yang dilakukan oleh kementrian bahwa produk pakaian bekas mengandung banyak sekali bakteri yang dapat membahayakan kesehatan. Dari sisi ekonomi juga thrift shopping ini menyebabkan terhambatnya pembangunan negara. 

Selain itu dampak dari thrift shopping ini juga memicu konsumsi berlebih dan menyebabkan menumpuknya limbah tekstil, nyantanya seiring banyaknya penyelundupan pakaian bekas membuat limbah tekstil semakin membludak di negara negara berkembang. Contoh nya  Indonesia menjadi sasaran bagi negara maju untuk membuang pakaian bekas Karena tingkat peminatan pada pakaian bekas di Indonesia yang tinggi. Untuk mengatasi fenomena thrift shopping ini juga tidak mudah karena minat masyarakat yang tinggi, oleh karena itu kita harus lebih cermat saat menjalani sustainable living, dan jangan berhenti untuk mengedukasi diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun