Izinkan aku berkisah tentangmu, Kekasih. Seperti bulan penuh dengan sinarnya, keindahanmu tak pernah bisa terlukis hanya dengan deret kalimat manis.
Maha Sempurna Tuhan menciptakanmu sebagai salah satu bagian dari takdirku. Kecantikan dan lakumu, membuatku tak mampu menahan diri untuk lebih lama mengadu pada Tuhanku, Tuhan kita atas segala rasa yang tumbuh di hatiku.
Di bulan Dzulhijjah, di depan ayahmu, Rasulullah Saw. aku ridha dengan segala takdir-Nya. Kita menjadi sepasang kekasih atas nama Tuhan dan Rasul-Nya. Masjid Nabawi adalah tempat kita melebur segala tabu jadi candu.Â
Kekasihku, Permaisuri hatiku. Allah menitipkan sebuah rasa cinta padaku. Dengan segala sisi kekuranganku, untuk memilikimu.
Maha Suci Allah, putri kesayangan Rasul-Nya. Permata di dunia indah ini adalah kau, Kekasihku. Keindahan lakumu yang membuatku semakin terpesona denganmu.
Permataku, Kekasihku. Ramadan tahun kesebelas Hijriah, aku menjatuhkan air mata yang kusimpan. Merelakanmu kembali pada Tuhan, Pemilik Sejatimu.
Berbahagialah, Kekasihku. Kau kembali dalam keadaan terbaik. Kau adalah wanita yang terbaik di seluruh alam. Kau separuhku, kau adalah sebuah cinta yang diam-diam kusulam di hadapan Tuhanmu, Tuhan kita.
#MY, 26032024/16 Ramadan 1445 H
Baca juga: karya Mita lainnya, di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H