"Kak, boleh nanya nggak?" Dia segera mengalihkan pandangan dari ponselnya. Menatapku.
"Ya? Ibu siapa, ya?"
Aku menyeringai. Tak kusangka aku memerankan karakter utama di sini. Ini terlalu mudah dan bisa ditebak.
Tanganku meraih selembar foto dari dalam tas lalu menyodorkan ke arahnya.
"Kakak pasti kenal laki-laki di foto itu," kataku.
Dia melihat foto itu sekilas sebelum tersenyum. Tangannya meletakkan ponsel di meja.
"Oh, jadi Ibu istrinya Mas Adit?" katanya dengan nada yang tak nyaman didengar.
Aku menganggukkan kepala. "Betul," kataku.
"Bagus deh, aku jadi nggak perlu capek-capek sembunyi lagi. Mas Adit itu cinta sama aku, Bu. Dia janji bakalan cerai dari Ibu terus nikahin aku." Dia mengatakannya tanpa ragu, seperti pemain andal. Sayang sekali laki-laki itu --suamiku-- mendapatkan perempuan semacam dia.
"Jadi, kalian sudah sejauh mana?" Aku sengaja memotong kalimat perempuan itu.
"Ibu mau tau aja atau mau tau banget?"