Mohon tunggu...
Mita Yulia H (Mita Yoo)
Mita Yulia H (Mita Yoo) Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Penulis fiksi, karya yang telah terbit antara lain KSB, R[a]indu, dan Semerah Cat Tumpah di Kanvasmu Bergabung dalam beberapa komunitas menulis dengan dua puluhan buku antologi cerpen dan puisi Lihat karya lainnya di Wattpad: @mita_yoo Dreame/Opinia/KBM/YouTube: Mita Yoo

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Warung Ramadan: Lelah dan Letih

5 April 2023   15:50 Diperbarui: 5 April 2023   16:01 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kreasi pribadi via Canva

Episode 15: Lelah dan Letih

Aku melangkahkan kaki dengan tegap ke rumah Pak Ustadz untuk menjemput Emak. Kursi-kursi di rumah itu penuh dengan anak-anak membawa cup plastik berisi kolak ubi yang aku yakin itu buatan Emak. Aku celingukan mencari perempuan yang sudah melahirkan dan merawatku itu.

"Jul!" Seseorang menepuk bahuku membuatku terlonjak dan mengelus dada. Untung saja aku tidak memiliki kebiasaan latah.

"Eh, Jali?" antara terkejut dan tak percaya aku menemukan temanku itu di sini.

"Emak tadi masih di dalem, ngobrol sama Bu Dede. Bentar lagi selesai kayaknya," katanya.

Aku mengangguk-angguk. Sambil menunggu, aku melangkah menuju salah satu kursi kosong dan duduk di sana. Jali mengekor dan duduk di sampingku.

"Katanya kamu kerja di perusahaan multinasional, Li?" aku penasaran dengan jawaban teman lamaku itu.

"Iya, Jul. Alhamdulillah, tapi masih kontrak Jul. Enam bulan." Dia menyodorkan air minum kemasan gelas padaku.

"Makasih," kataku lalu menyobek air mineral kemasan gelas itu dan meneguknya hingga kosong sebelum meneruskan.

"Alhamdulillah, Li. Bisa kerja sesuai dengan background pendidikan." Aku mengingat kembali pekerjaanku di perusahaan.

Tak lama kemudian, Emak tergopoh menghampiri kami. "Jul, yuk pulang!"

"Iye, Mak. Jul nungguin Emak dari tadi," kataku segera berdiri.

"Jali, Emak pulang duluan yak, makasih udah bantuin Emak tadi," katanya menepuk Jali yang  masih duduk.

"Sama-sama, Mak," Jali mengucapkannya dengan tersenyum.

Aku dan Emak beranjak dari rumah Pak Ustadz dengan berjalan kaki. Aku baru menyadari cara berjalan Emak semakin membungkuk.

"Besok kayaknya Emak kagak jualan, Jul. Emak butuh istirahat. Susah kalau badan kagak muda lagi," katanya di tengah perjalanan kami.

"Harusnya Emak istirahat aje, biar Jul yang kerja, Mak."

"Elu 'kan kerja buat masa depan Elu Jul, buat ngelamar Jamilah butuh modal. Bukan cuma ganteng doang, tapi kudu punya penghasilan. Emak kagak kenape-nape, cuma kerasa lelah dikit."

Aku membiarkan ucapan Emak menggantung tanpa jawaban. Entah Emak menyadari atau tidak, tatapan mata Pak Ustadz sungguh berbeda padaku. Entahlah, mungkin hanya perasaanku saja.

#MY, 14 Ramadhan 1444 H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun