Episode 2: Esensi Niat
Berbekal doa dari Emak, aku berangkat menuju tempat wawancara kerja. Perusahaan Jaya Makmur Sentosa, begitu nama yang ada di depan pintu gerbang setinggi tiga meter itu. Aku melewatinya setelah mengangguk sambil tersenyum ke arah lelaki berseragam cokelat muda dengan tongkat di pinggang.
Ketika aku melewati pintu kaca yang dibuka, seseorang menghampiri. "Mas, mau wawancara, ya?" perempuan dengan blazer merah burgundy dengan rambut tersanggul rapi bertanya.
"Betul, Mbak," kataku.
"Mari lewat sini, Mas." Dia mengisyaratkan agar aku mengikuti langkahnya.
Dia mengantarkan aku menuju sebuah ruangan. Kursi-kursi di sana terisi dengan orang-orang berseragam putih-hitam sepertiku. Beberapa mata memandang ke arahku.
"Terima kasih, Mbak," kataku sesaat setelah perempuan blazer merah marun hendak beranjak.
Langkahku terayun menuju kursi kosong. Satu-satunya tempat duduk yang tersisa.
'Duh, ternyata banyak yang lebih pagi. Jadi ngerasa berdosa, padahal tadi kesiangan sedikit jadi kena macet,'Â batinku.
Ketika satu-persatu orang masuk ke dalam ruangan dan keluar dari sana dengan ekspresi berbeda-beda, aku merasa lidahku kelu. Selain karena bibir kering menahan haus, aku memikirkan bagaimana jika aku gagal lagi kali ini.
'Jangan sampai bikin Emak kecewa, udah cukup.' Pikiranku mulai memikirkan hal-hal buruk.