Mohon tunggu...
Mita Yulia H (Mita Yoo)
Mita Yulia H (Mita Yoo) Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Penulis fiksi, karya yang telah terbit antara lain KSB, R[a]indu, dan Semerah Cat Tumpah di Kanvasmu Bergabung dalam beberapa komunitas menulis dengan dua puluhan buku antologi cerpen dan puisi Lihat karya lainnya di Wattpad: @mita_yoo Dreame/Opinia/KBM/YouTube: Mita Yoo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Warung Ramadan: Bekal Apa?

22 Maret 2023   21:43 Diperbarui: 22 Maret 2023   22:12 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warung Ramadan Episode 1: Bekal Apa?

Menghitung hari detik demi detik
Menunggu itu kan menjemukan
Tapi ku sabar menanti jawabmu
Jawab cintamu

"Ya elah, Jul! Besok udah bulan puasa masih galau aje!" Emak menoyor kepalaku dari belakang.

"Ish! Emak nih seneng banget noyor kepala, untung nggak gegar otak, Mak!" aku melayangkan protes ke Emak.

"Amit-amit! Na'ujubillah, Jul. Elu kan anak emak atu-atunye. Jangan sampe, deh!" Emak memukul-mukul meja dengan kepalan tangannya.

"Na'udzubillah, Mak. Bukan na'ujubillah," kataku memperbaiki kekeliruan ucapan Emak.

"Iye, iye. Maksud Emak yang ntu." Emak mengangguk-angguk.

"Mak, besok Jul ada wawancara. Doain mudah-mudahan lolos ye, Mak!" kataku tiba-tiba teringat agenda untuk esok hari.

"Aamiin, aamiin. Pokoknya Emak doain yang baek-baek buat Elu," kata Emak, lalu meneruskan menampi beras dengan tampah, memilah sisa-sisa kulit gabah yang tersisa.

"Besok kan puasa Jul, kalau wawancaranya lama, Elu bawa bekal aja," Emak memberi usul.

"Bekal apaan, Mak? Biar Jul nyari sendiri aja nanti. Lagian kan belum tahu selesainya lama atau nggak. Mudah-mudahan nggak lama."

"Besok kan pertama puasa, Jul. Emak takut Elu nggak kuat nunggu ajan maghrib."

"Emak, emang Jul anak kecil apa? Jul udah dua puluh dua tahun, Mak. InsyaAllah kuat. Lagian, bekal yang terpenting doa dari Emak. Itu udah cukup, Mak," kataku, sudah mirip ustadz-ustadz kenamaan.

"Iye, Emak doain. Moga kali ini Elu dapet kerjaan yang pasti. Biar almarhum Bapak Elu bangga ngeliatnya," kata Emak dengan wajah sendu.

Aku beranjak dari kursi, duduk di samping Emak. Aku mengusap punggung tangannya pelan.

"Jangan sedih, Mak. Kite doain Bapak ye, Mak."

"Iye. Mudah-mudahan Bapak Elu dapet tempat yang nyaman. Aamiin."

"Dan kite juga punya cukup bekal untuk hidup tenang di alam sana, Mak," sambungku.

"Aamiin. Tapi sebelum itu, Elu kudu dapet kerja, Jul. Biar bisa ngelamar Jamilah anaknye pak ustadz noh."

"Iye, Mak. Doain aje, Mak." Aku tidak ingin berdebat dengan Emak. Biar saja Emak bahagia dengan pilihannya, meskipun nanti jodohku adalah perempuan lain yang lebih sekufu dan pantas untukku. Namun, kalau Allah sudah berkehendak, siapa yang bisa menolak?

#MY, awal Ramadhan 1444 H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun