Mohon tunggu...
Mita Yulia H (Mita Yoo)
Mita Yulia H (Mita Yoo) Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Penulis fiksi, karya yang telah terbit antara lain KSB, R[a]indu, dan Semerah Cat Tumpah di Kanvasmu Bergabung dalam beberapa komunitas menulis dengan dua puluhan buku antologi cerpen dan puisi Lihat karya lainnya di Wattpad: @mita_yoo Dreame/Opinia/KBM/YouTube: Mita Yoo

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rasa Kita Pernah Sama, Kan?

20 Maret 2023   22:30 Diperbarui: 20 Maret 2023   22:55 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: pinterest.com/{BeWhoYouAre}

Hujan semalam mematahkan ranting-ranting pohon. Beberapa pot berisi batang bunga kertas yang kutanam, rebah. Aku melewati jalanan tergenang sisa air hujan, membuatku harus menahan laju sepeda agar tak terlalu kencang.

It's okay. Itu cuma air, bukan batu, katamu dengan tawa. Aku seharusnya marah ketika mendengar kalimat itu, tetapi kau berhasil membuatku ikut tertawa.

Kau mulai mencatat deretan angka dalam bukumu. Kebiasaan buruk yang selalu kau lakukan ketika duduk di ruang kelas. Aki hanya tertawa sambil mengamati tanganmu bergerak menuliskan deretan angka yang aku yakin mendapat nilai sempurna.

Kau keren, kataku yang seringkali gagal mengerti makna di balik deretan angka. Aku lebih menyukai hafalan daripada hitungan, sambungku kemudian.

Hibiscus rosa-sinensis, Carica papaya, Aurelia aurita, katamu lalu terkekeh.

Malus sylvetris dan Fragaria x ananassa kesukaanmu. Pandanganmu lalu menerawang, entah apa yang kau rasakan saat itu, karena aku tak bisa membaca matamu.

Kau mengeluarkan ponsel Nokia N-gage seri terbaru, menyambungkan headset ke port audionya.

"Kamu mau dengerin juga?" tanyamu, yang kuberi jawaban dengan anggukan kepala.

"Aku sudah belajar kunci gitarnya, kalau kamu mau nyanyi," katanya setelah lagu selesai diputar.

Kalau suatu hari kita menemui perpisahan, ingatlah saat pertama kali kita bertemu. Kalimat itu menjadi kalimat yang tak pernah aku mengerti maksudnya, sampai aku menemukan pesan yang kau kirimkan satu bulan kemudian.

#MY, 200323

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun