"Cokelat?" tawarnya pada Dian.
"Nggak Mas, makasih. Saya masih kenyang." Dian menolak halus. Lagi, lelaki itu mengangguk-angguk kemudian mulai membuka bungkus cokelat dan mengunyahnya. Dian melirik sekilas, sambil menatap pintu ruangan yang masih tertutup.
"Mbaknya semester akhir?" Suara lelaki itu kembali memecah hening.
"Iya, kalau Mas sendiri?" Dian balik bertanya.
"Saya cuma mau ketemu Ibu Hanifah, ada perlu." Lelaki itu menjawab sambil terus mengunyah.
"Ooh ...." Dian hanya menganggukkan kepalanya.
Suara derit pintu membuat Dian memandang ke lelaki di sampingnya.
"Saya boleh duluan?" tanyanya pada Dian.
"Silakan Mas, saya setelah Masnya selesai," sahut Dian.
Lelaki itu membawa ransel besarnya masuk ke dalam ruangan ketua jurusan fakultas pendidikan, di mana Dian menunggu antreannya untuk bertemu dengan dosen sekaligus ketua jurusan di fakultasnya.
Dian mengeluarkan ponsel dari tasnya, memeriksa beberapa pesan masuk di akun aplikasi perpesanan miliknya.