Ketika dia akan menyerukan nama gadis itu, lelaki berambut panjang sebahu itu sudah berada di samping gadis itu. Dia bahkan harus mengepalkan tangan ketika gadis itu menggamit lengan Keenan dengan manja menyandarkan kepalanya.
Rein mempercepat langkahnya mendekati pasangan itu. "Pak Keenan, terima kasih banyak atas kerjasamanya."
Keenan melepaskan tangan Jeha dari lengannya seketika. "Sama-sama, Pak Rein. Terima kasih banyak untuk kepercayaannya."
"Saya tidak pandai basa-basi, Pak Keenan. Saya akan lebih senang kalau Anda juga menjauhi Jeha Alexandra," katanya di depan lelaki itu.
"Maksud Bapak apa?" Keenan mulai mendorong bahu lelaki yang lebih tinggi tujuh sentimeter darinya itu.
"Saya menyukai Jeha. Atau saya harus memanggilnya Sandra?" Rein hanya menyeringai.
Jeha yang berada di antara kedua orang itu segera menarik lengan Keenan menjauh. Namun, Rein justru kembali menghentikan langkah gadis itu dengan kalimatnya.
"Je, nikah sama saya, yuk!" Lelaki itu berlutut dengan membuka kotak beledu berwarna merah berisi cincin di dalamnya.
Gadis itu melirik lelaki di sampingnya yang segera bergerak menarik kerah kemeja lelaki itu dan menghadiahi wajah tampannya dengan sebuah pukulan di rahang atas.
"Keenan, stop!" Gadis itu menarik lengan Keenan dan menyuruhnya menjauh. Beberapa orang mulai berkerumun di sekitar mereka. Jeha tidak bisa membayangkan bagaimana dia akan menutupi wajahnya dari mereka ketika kembali lagi ke tempat itu esok harinya.
'Keenan brengsek! Tunggu sampai aku selesai menghitung!' teriakan Rein  hanya menggema di kepalanya. Dia memegangi bagian wajahnya yang mulai berdenyut.