Mohon tunggu...
Mita Yulia H (Mita Yoo)
Mita Yulia H (Mita Yoo) Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Penulis fiksi, karya yang telah terbit antara lain KSB, R[a]indu, dan Semerah Cat Tumpah di Kanvasmu Bergabung dalam beberapa komunitas menulis dengan dua puluhan buku antologi cerpen dan puisi Lihat karya lainnya di Wattpad: @mita_yoo Dreame/Opinia/KBM/YouTube: Mita Yoo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pemeran Utama (2)

3 Oktober 2021   08:10 Diperbarui: 3 Oktober 2021   08:12 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tunggu sebentar lagi. Aku akan bersiap-siap," tukas Weni.

Arman menggandeng anak lelaki itu masuk. Sedangkan Weni yang telah siap dengan pakaian terbaik dan makeup di wajah hanya tersenyum menggandeng tangan kecil anak lelaki itu, menuntun langkahnya masuk ke mobil Avanza hitam di depan rumah Weni.

***

Lelaki bersetelan tuksedo hitam turun dari mobil sports. Blitz kamera menyala sepanjang ayunan langkahnya. Weni dan Arman berdiri dari tempat duduknya, bertepuk tangan ketika menyaksikan lelaki muda itu memasuki area panggung.

"Terima kasih banyak untuk semua yang telah mendukung saya selama ini. Saya juga sangat berterima kasih khususnya pada ayah dan ibu tiri saya, karena telah banyak menginspirasi saya dalam menulis cerita.  Tanpa campur tangan mereka, saya tidak akan bisa menulis cerita tentang anak panti asuhan yang harus berjuang keras untuk hidupnya sendiri dan bisa sukses."

Lelaki itu memberi jeda sejenak, "beri tepuk tangan untuk Bapak Arman dan Ibu Weni. Selamat! Kalian berhasil."

Seketika tepuk tangan dan sambutan meriah terdengar. Lelaki itu menyeringai.

'Bersiaplah untuk kejutan setelah ini,' batinnya.

Usai acara tersebut, lelaki bersetelan tuksedo hitam mengajak Weni dan Arman menaiki mobilnya. Weni dan Arman tak pernah mengetahui, jika luka di hati anak laki-laki yang mereka titipkan ke panti asuhan lima belas tahun lalu telah membuat hatinya mati.

#MY, 230921

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun