Mohon tunggu...
Sarina ayu Sirait
Sarina ayu Sirait Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sarina Ayu

" Jangan pernah berhenti belajar karena hidup tidak pernah berhenti mengajarakan"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hilangnya Rasa Tanggung Jawab Seorang Ayah

10 November 2024   00:30 Diperbarui: 10 November 2024   00:34 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pertengkaran demi pertengkaran mewarnai suasana rumah kami. Ayahku, yang malas bekerja, sering membuat ibuku marah. Sebagai kepala keluarga, ayah seolah tidak memiliki tanggung jawab untuk menafkahi kami. 

Pernikahan ayah dan ibu sudah berjalan sekitar lima tahun, tetapi cobaan mulai datang bertubi-tubi saat memasuki tahun ketiga. Ayah semakin jarang bekerja dan justru makin menunjukkan sifat malasnya. Karena hal ini, ibu sering terpaksa berhutang ke sana kemari demi memenuhi kebutuhan hidup kami.

Waktu terus berjalan, namun tidak ada perubahan berarti pada ayahku. Di tengah kesulitan itu, ibu mulai berpikir bahwa ia tak mungkin terus-menerus bergantung pada utang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Suatu hari, saat membutuhkan uang untuk kebutuhan mendesak, ibu sempat ingin meminjam uang kepada nenek dari pihaknya. Namun, ia mengurungkan niat tersebut, karena tahu bahwa keluarganya, termasuk nenek, sangat membenci sifat pemalas ayahku.

Hari demi hari berlalu, ayah tetap saja sama, tak ada perubahan. Ibuku akhirnya sudah tidak tahan lagi. Setelah mempertimbangkannya dengan matang, ia memutuskan untuk meninggalkan ayah. Tanpa banyak berpikir, ibu dan aku pergi meninggalkan rumah, meninggalkan ayah sendiri. Anehnya, ayah terlihat sama sekali tidak peduli, seolah-olah ia tidak pernah merasa bersalah atau kehilangan.

Setelah pergi, kami tinggal di rumah bibi, adik ibu, yang jaraknya cukup jauh dari rumah kami. Di sana, aku dan ibu merasa jauh lebih nyaman. Tak terasa sudah hampir tiga bulan kami tinggal di rumah bibi. Namun, sama saja, ayah tak pernah menanyakan kabar kami, apalagi mengirim uang untuk keperluan hidup kami. Sepertinya, dia sudah benar-benar lepas dari tanggung jawab.

Akhirnya, ibu memutuskan untuk bekerja demi mencukupi kebutuhan kami. Ia bekerja di sebuah laundry yang tak jauh dari rumah bibi. Ibu seperti sudah tidak mengharapkan bantuan dari ayah lagi, karena baginya, hanya akan ada pertengkaran jika berharap padanya. 

Meskipun hidup kami sekarang serba sederhana, setidaknya kami hidup dengan damai dan ibu tak perlu lagi terbebani dengan sikap ayah yang tak bertanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun