“Sepenting apa sampai sebuah toko buku harus buka 24 jam, 7 hari, selama setahun?” Pikiran ini yang melintas ketika menemukan informasi tentang toko buku yang buka 24 jam di kota Taipei. Tidak seperti ruang gawat darurat di RS atau rasa lapar yang tidak bisa ditahan, rasanya tidak ada urgensi untuk begadang membeli buku pukul 3 dini hari di toko buku. Begitu kuatnya daya tarik toko ini, hingga menjadi salah satu atraksi turis ketika berkunjung ke Taipei.
Daya tarik ini juga yang menyeretku untuk mampir ke toko buku ini ketika berkesempatan mengunjungi Taipei saat diadakannya pameran buku internasional Taipei (TIBE 2016) pada 16-21 Februari 2016.
Bicara buku di Taiwan memang mengesankan. Menyebut dirinya sebagai GATEWAY TO ASIAN BOOK MARKET (Gerbang Menuju Pasar Buku Asia), dengan populasi hanya 23 juta jiwa, Taiwan menerbitkan 40 ribu judul setiap tahunnya (Indonesia dengan populasi 250 juta, menerbitkan sekitar 30 ribu judul setiap tahun).
Di Taiwan dapat ditemukan 3670 toko buku dari 9000 penerbit. Sekitar 20% dari terbitannya adalah buku terjemahan, sisanya buku lokal. Eslite bookstore adalah jaringan toko buku retail terbesar di Taiwan. Toko ini menyediakan buku-buku berbahasa Cina, Inggris, dan terjemahannya. Pusatnya terletak di Distrik Xinyi, Taipei.
Berdiri pada 1989, fokus awalnya adalah buku art and humanity. Tapi kini hampir semua tema tersedia di sini. Secara total di Taiwan, Eslite memiliki 48 cabang, dan 1 toko buku anak-anak dan 4 toko musik. Segmen pasarnya adalah wilayah perkotaan Selain toko buku, Eslite juga mengembangkan ritelnya berupa Eslite Mall. Eslite Mall ini terletak sangat strategis, berseberangan dengan gedung TAIPEI 101, dan dapat dijangkau dengan jalan kaki dari TWTC (Taipei World Trade Center) tempat berlangsungnya pameran TIBE 2016.
Bila di Indonesia, sebuah jaringan toko buku besar menghapus kata toko buku dari plangnya, Eslite Bookstore justru dapat ditandai dari kejauhan. https://www.englishintaiwan.com/shopping-in-taiwan/eslite-spectrum-shopping-mall-taipei. Memasuki toko buku ini, langsung terasa aroma mal-mal mewah. Ada kafe, lantai fashion, tas, sepatu, supermarket yang fancy, dan sebagainya. Semuanya ditata dengan menarik.
Rasanya tidak cukup sehari menghabiskan waktu di Eslite karena besarnya mall ini. Dan setiap lantainya memberikan suasana yang unik. Di bagian buku-buku culinary akan terlihat—selain buku, deretan wine di bawah raknya. Buku tentang dapur ditata dengan desain dapur. Ada juga tea room yang mewah untuk bersantai minum teh sambil ngobrol atau membaca buku. Aku justru menemukan sebuah pisau dapur yang keren di Eslite Mall dan tak kuasa menahan diri untuk tidak membelinya.
Selain mendatangi toko buku Eslite yang berada di mall, aku juga berkunjung ke toko buku Eslite yang berdiri di gedung sendiri dan buka 24 jam. Baik yang di mall maupun toko buku ini, sama ramainya. Antrian mengular di kasir. Sekalipun ramai, yang membuat salut, tidak terdengar suara ribut orang mengobrol atau saling berbicara di toko ini.
Bagaikan perpustakaan, suasananya tenang, setiap orang larut dengan bacaannya. Luar biasa kota ini menghidupkan semangat literasi penduduknya. Kabarnya, penjualan di Eslite pada 2013 mencapai 425 juta dolar (sekitar 5.1T rupiah) dengan penjualan buku menyumbang 40% dari penjualan. Di pusat toko Eslite yang buka 24 jam, jumlah pengunjung malamnya bahkan bisa membuat iri toko-toko besar di Barat yang hanya buka pada siang hari. https://guidetotaipei.com/visit/eslite-24-hour-bookstore.
Melihat peluang ini, aku jadi ingat lagu Oma Irama. Sepertinya begadang dengan berdagang ada artinya di toko buku 24 jam ini dengan sales yang luar biasa itu, bukan? [] Sari Meutia, 2 Maret 2016
[caption caption="Cari landmark kota Taipei ini, dan temukan Eslite Mall di sekitarnya"][/caption]