Suatu hari, musim kemarau yang panjang melanda hutan. Sungai-sungai mengering, dan kekurangan air menjadi ancaman bagi semua makhluk yang tinggal di sana. Si Ular, yang selalu dikenal sebagai pemimpin yang bijak, berkumpul dengan Si Tikus dan Tumbuhan Ajaib.
"Mereka mengatakan bahwa saat-saat sulit seperti ini adalah saatnya untuk menunjukkan kearifan lokal kita," ujar Si Ular dengan suara yang tenang namun tegas.
Si Tikus yang cerdas mengangguk setuju. "Kita harus mencari cara untuk bertahan hidup dan membantu sesama makhluk hutan."
Tumbuhan Ajaib, yang biasanya diam dan tak banyak bicara, mengangkat daunnya sebagai tanda persetujuan. "Aku siap membantu sebisa mungkin," katanya dengan lembut.
Mereka berdua kemudian memutuskan untuk bekerja sama. Si Tikus, dengan kecepatan dan kelincahan nya, mencari sumber air tersembunyi di dalam tanah. Sementara itu, Si Ular, dengan kecerdikannya, membimbing mereka menuju tempat-tempat yang mungkin memiliki sumber air yang tersembunyi.
Tumbuhan Ajaib juga berperan dengan memberikan saran tentang tanaman yang bisa bertahan hidup dalam kondisi kekeringan. Dia memberikan daunnya yang segar kepada Si Tikus dan Si Ular sebagai tanda terima kasih atas upaya mereka.
Dengan kerja sama mereka, mereka berhasil menemukan sumber air yang tersembunyi di dalam gua. Air itu mengalir melalui sela-sela batu dan memberikan kehidupan baru bagi hutan yang kering. Semua makhluk di hutan merasa bersyukur atas kebaikan dan kecerdikan dari Si Ular, Si Tikus, dan Tumbuhan Ajaib.
Ketika musim hujan akhirnya tiba, hutan kembali hijau dan subur. Keberhasilan mereka dalam menghadapi tantangan kemarau mengingatkan semua makhluk hutan akan pentingnya bekerja sama dan mengandalkan kearifan lokal mereka dalam mengatasi kesulitan.
Kisah tentang kebaikan dan kerja sama antara Si Ular, Si Tikus, dan Tumbuhan Ajaib menjadi legenda di hutan, mengilhami generasi-generasi selanjutnya untuk selalu menjaga dan menggunakan kearifan lokal mereka untuk kebaikan bersama.
Semoga bermanfaat
Sari Masidah Saipin