Pemahaman yang stagnan tersebut akan membuat manusia cenderung mengisolasi dirinya dari panggung dunia. Akibatnya, umat Islam akan melepaskan perannya dalam kegiatan politik, sosial dan ekonomi.
Orang yang zuhud bukan berarti harus meninggalkan seluruh harta yang dimilikinya. Pada dasarnya, kaya tidaklah bersebrangan dengan konsep zuhud. Karena, kekayaan justru dapat mengantarkan manusia pada kemuliaan baik di mata manusia maupun di mata Allah, apabila harta itu difungsikan sejalan dengan ajaran Islam. Bahkan para sahabat seperti Abu Bakar, Utsman, dan istri nabi yakni Siti Khadijah juga merupakan orang yang kaya. Namun, hartanya itu justru mendekatkan mereka kepada Allah.
Dapat dipahami bahwa, kekayaan bukanlah suatu hal yang mesti ditinggalkan. Dan zuhud bukan berarti tidak menyukai kehidupan dunia. orang yang zuhud semestinya tetap memperhatikan dunia, namun perhatian itu tidak melebihi perhatiannya kepada Allah. Karena pada hakikatnya, zuhud mengajak manusia untuk menyeimbangkan urisan dunia dan akhirat.
Maka pada era sekarang ini, dengan semakin majunya sains dan teknologi yang didukung kondisi masyarakatnya yang rasional dan modern diperlukan nilai ajaran tasawuf yang dinamis agar dapat diterima dan diterapkan dengan positif oleh masyarakat. Dengan cara mengaktualisasi nilai-nilai moral untuk merealisasikan penghambaan kepada Allah sebagai khalifah di muka bumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H