Mohon tunggu...
SARIF
SARIF Mohon Tunggu... Jurnalis - - MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI JURNALISTIK

- Hobi mengedit

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Media Sosial Sarana Informasi atau Arena Provokasi?

20 Januari 2025   17:50 Diperbarui: 20 Januari 2025   16:59 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media sosial menjadi bagian bagian integral dari kehidupan modern. Dalam hitungan detik, kita bisa mendapatkan informasi dari seluruh dunia. Namun, di balik kemudahan ini, media sosial juga menjadi medan pertempuran opini, informasi palsu, dan provokasi.

Di satu sisi, media sosial adalah sarana informasi yang luar biasa. Platform seperti Twitter, Instagram, dan Facebook memungkinkan penyebaran berita secara cepat dan luas. Individu bisa mendapatkan akses langsung ke sumber informasi tanpa harus bergantung pada media tradisional. Dalam situasi darurat atau krisis, media sosial sering menjadi penyelamat, memungkinkan komunikasi dan koordinasi yang lebih efektif.

Namun, sisi gelapnya tak bisa diabaikan. Media sosial juga sering menjadi arena provokasi. Dengan algoritma yang mendorong keterlibatan, konten yang memicu emosi---baik berupa kemarahan, ketakutan, atau kebencian---cenderung lebih mudah viral. Hoaks dan disinformasi pun tersebar dengan cepat, sering kali memicu perpecahan di masyarakat. Bahkan, perdebatan sehat sering berubah menjadi konflik sengit yang justru memperburuk polarisasi.

Pertanyaannya, siapa yang harus bertanggung jawab? Apakah itu platform media sosial yang cenderung memprioritaskan keuntungan daripada tanggung jawab sosial? Ataukah masyarakat yang sering kali kurang kritis dalam menyikapi informasi?

Solusi mungkin terletak pada kesadaran bersama. Pengguna media sosial harus lebih selektif dan kritis dalam menerima serta menyebarkan informasi. Di sisi lain, perusahaan media sosial perlu bertindak lebih tegas dalam mengatur konten provokatif tanpa mengorbankan kebebasan berpendapat.

Pada akhirnya, media sosial adalah alat---dan seperti alat lainnya, dampaknya bergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Kita bisa memilih untuk menjadikannya sumber informasi yang memperkaya, atau membiarkannya menjadi arena provokasi yang memecah belah. Pilihan ada di tangan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun