Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bagaimana Menangani Masa Pubertas pada Anak Autisme?

29 Agustus 2020   22:27 Diperbarui: 30 Agustus 2020   08:41 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Rama. Sumber: facebook Siwi Parwati A. Basri

Hal ini jika tidak diatasi, akan merepotkan jika nanti mereka sudah besar. Jadi sejak kecil mereka harus dibiasakan berpakaian lengkap, terutama ketika keluar dari kamar mandi.

Kedua, pengenalan genital. Meskipun anak ASD dimasa dini belum bisa bicara, tetapi mereka akan mengingat apa yang dialami, didengar, dan dilihat. Mereka diam-diam merekam. Mereka paham kata-kata, hanya saja mereka belum mampu merespon.

Ketiga, mengenalkan lingkaran sosial anak tentang siapa yang boleh dipeluk, siapa yang boleh disentuh dan menyentuh, dan siapa yang boleh di cium. Gambar berikut merupakan lingkaran sosial anak.

dokumentasi pribadi dari grup Diskusi Autisme KGB Surakarta
dokumentasi pribadi dari grup Diskusi Autisme KGB Surakarta
Warna hijau menunjukkan tentang orang-orang yang boleh dipeluk, disentuh, dan dicium. Warna kuning untuk keluarga besar, boleh dipeluk dan dicium sampai anak berusia 10 tahun.

Selain warna itu, yakni warna kuning dan merah hanya boleh salam namaste (kedua tangan di depan dada seperti menyembah).

Masa pembelajaran ini harus sudah selesai sampai anak usia 10 tahun. Sehingga, waktu anak masuk praremaja, dia sudah tahu apa yang harus dijaga dalam hubungannya dengan orang-orang di lingkungan, terutama dengan lawan jenisnya.

Empat, Pengendalian libido, seperti yang dijelaskan pada kisah di atas.

Terakhir, sebagai penutup tulisan ini.

Kisah horor itu belum tentu soal hantu gentayangan atau arwah penasaran. Horror itu adalah bom yang dirakit di masa lalu baru meledak di masa sekarang. Anak autis yang tidak diintervensi seoptimal mungkin sejak dini, akan meledak saat memasuki masa remaja, dan menjadi penghancur di masa dewasa. Banyak kisah tentang agresifitas dan destruktifitas penyandang autisme, yang akhirnya menghancurkan seluruh aspek kehidupan keluarga, membunuh orang-orang yang disayanginya, mencerai berai mereka yang seharusnya terus hidup bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun