Autisme Spectrum Disorders (ASD) atau gangguan spektrum autisme adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang, sehingga menyebabkan penderita mengalami masalah dan kesulitan dalam membina hubungan sosial, berkomunikasi secara normal, memahami emosi dan perasaan orang lain, menunjukkan perilaku yamg repetitif, dan mengalami perkembangan yang terlambat atau tidak normal. Sumber.
Dalam diskusi malam itu, Bu Siwi fokus menjelaskan tentang seksualitas pada anak autis. Anak ASD mengalami gap usia mental dan usia biologis yang berbeda.
Secara fisik mereka tumbuh seperti non-ASD, perubahan-perubahan primer dan sekunder, perkembangan hormonal, mood swing (suasana hati), dan libido sama seperti non ASD.
Problemnya adalah karena gap usia mental dan kognisi mereka lambat, maka pemahaman seksualitas dan pengendalian dirinya akan menjadi sulit.
Gap usia mental yang dimaksud adalah, misalnya anak ASD yang usia biologisnya 19 tahun, mungkin akan mengalami keterlambatan usia mental lima tahun, sehingga cara berfikirnya akan menjadi seperti anak usia 14 tahun.
Mungkin dia berhasil secara akademik, dan sudah mulai kuliah, namun secara mental dia adalah anak usia 14 tahun.
Bu Siwi menekankan kepada orangtua untuk memberikan pengetahuan sosial moral dan seksualitas sedini mungkin. Beliau mewanti-wanti agar orangtua jangan mengatakan, "Anakku lugu, tidak tahu apa-apa."
Justru karena persepsi itulah, maka libido yang akan menguasai diri anak, karena mereka tidak punya pengetahuan mana yang benar dan mana yang salah.
Jika mereka tidak diintervensi dengan benar sejak dini, maka mereka akan pegang kendali. Orangtua akan ketakutan, remaja ngamuk di jalan. Semua keinginan harus dikabulkan. Yang akan menjadi korban adalah lingkaran terdekat anak ASD tersebut yaitu orangtua, terapis, dan gurunya.
Sebagai contoh kasus yang diceritakan oleh Bu Nita Nitiya, selaku seorang guru yang memiliki siswa ASD. Saat ini siswa tersebut telah berusia 19 tahun dan berkuliah di Art Therapy Centre.