Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Tilik" Representasi Sosialisasi Orang Desa

20 Agustus 2020   14:18 Diperbarui: 20 Agustus 2020   14:12 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bu Tejo dan Bu Ning sedang berdebat. Sumber:https://blue.kumparan.com/

Pipiet Kumala: Pelajaran yang dapat aku ambil, gax usah membela orang terlalu, karena kita tidak tahu bagaimana keadaan sebenarnya. Soalnya yang dibela ternyata gax sesuai ekspektasi.


Relevansinya Film "Tilik" dengan Kehidupan di Desa

Film "Tilik" mengingatkan saya pada konflik kehidupan yang ada di desa. Kegiatan tilik/menengok orang sakit, jagong, kerja bakti, rewang, arisan, dan lain-lain merupakan sarana sebagai media membicarakan orang lain atau bergosip. Biasanya orang yang tidak pernah bergosip, tidak pernah ikut kumpul-kumpul, akan mendapatkan label sebagai manusia yang tidak bisa bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Kegiatan bersosialisasi ini akan semakin erat ketika kita sibuk membicarakan baik tentang orang lain, keluarga sendiri, bahkan diri sendiri. Konflik-demi konflik pun akhirnya diceritakan.

Tanpa disadari pada akhirnya dimasyarakat banyak sekali yang menjadi Bu Tejo (orang yang suka bergosip) dan Dian (orang yang digosipkan), jarang sekali yang menjadi Bu Ning (orang yang berusaha menasehati agar tidak berghibah). Malah kadang-kadang gosip itu muncul dari kerabat dekat orang yang digosipkan itu. Biasanya gosip yang paling tranding topic di desa saya adalah gosip tentang rumah tangga.

Seperti contoh gosip berikut yang akan saya ceritakan. Sebut saja namanya Yu. Gosip yang beredar, Yu adalah istri kedua. Yu dikenal ramah, grapyak, mudah bersosialisasi, meskipun orang baru di desa kami. Karena ramah dan grapyaknya Yu, dia biasa ngobrol dan bercanda dengan bapak-bapak sekitar. Di belakang rumah Yu ada pos ronda yang biasanya digunakan nongkrong oleh orang-orang sekitar, terutama bapak-bapak.

Salah satu yang sering nongkrong di pos itu adalah suami Ibu Sar. Yu sering membuatkan kopi suami Ibu Sar jika nongkrong di pos ronda. Sebenarnya Yu tidak hanya membuatkan kopi suaminya Ibu Sar, tetapi siapapun yang nongkrong sering dibuatkan kopi. Yu juga ramah kepada ibu-ibu, sering berbagi makanan, demikian juga kepada anak-anak sekitar.

Tetapi karena cemburunya, Ibu Sar tidak mau lagi menyapa Yu, bahkan Ibu Sar juga tidak mau bicara dengan suaminya. Hubungan suami istri itu kerap menjadi bahan gosip juga. Bahkan suami Ibu Sar malah sering menjelek-jelekkan istrinya begini, begini. Sedang Ibu Sar sendiri lebih sering menjelek-jelekkan Yu.

Bahkan Yu pernah bercerita, katanya Ibu Sar menaruh kotoran manusia di depan rumah Yu. Entah benar atau tidak cerita itu, tetapi masyarakat desa kami yang mendengar cerita itu pun menyebarkannya kepada tetangga yang lain. Sehingga seluruh orang di desa saya sudah tahu kisah itu, tak peduli benar atau tidak. Antara Yu dan Ibu Sar pun tak tahu kapan mereka akan berbaikan. Tak peduli bagaimana seharusnya masyarakat bisa membantu menyelesaikan konflik, mereka lebih memilih untuk menggunjingkannya, bahkan ada kemungkinan menambah-nambahi cerita.

Seperti halnya gosip di tivi-tivi, pada akhirnya gosip-gosip itu akan menjadi tumpukan-tumpukan gosip, yang silih berganti setiap harinya dengan gosip baru, sedikit orang yang bisa mengambil pelajaran, dan lebih memilih untuk melabeli ataupun mengenang gosip demi gosip yang bermunculan tentang orang lain.

Maka banyak orang memilih jangan sampai mereka kena gosip atau nyinyiran emak-emak, atau jangan-jangan karena sudah biasa digosipkan mereka malah suka jika masuk dalam dunia pergosipan emak-emak karena akhirnya dikenal.

Dunia sosialisasi memang ruwet ya, kadang begini salah, begitu salah, yang diam saja dianggap tidak bisa bersosialisasi, yang suka bergosip malah ditunggu-tunggu, yang menasehati agar jangan bergosip malah dilabeli dan dituduh yang tidak-tidak, yang kena gosip merasa berada dalam konflik, yang sudah biasa digosipkan akhirnya ya sudah, biasa saja. Hidup-hidup gue, kenapa lu yang repot. Duh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun