Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Tilik" Representasi Sosialisasi Orang Desa

20 Agustus 2020   14:18 Diperbarui: 20 Agustus 2020   14:12 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film "Tilik" disutradarai Wahyu Agung Prasetyo dengan mengambil setting tempat di Yogyakarta. Film ini diproduksi pada tahun 2018 oleh Ravacana Films. Film hasil kerjasama dengan Dinas Kebudayaan DIY melalui Kompetisi Pendanaan Pembuatan Film tahun 2018 ini pun telah mendapat berbagai penghargaan, diantaranya yaitu Kategori Film Pendek Terpilih pada Piala Maya 2018, Official Selection Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2018, dan Official Selection  World Cinema Amsterdam 2019.

Karena kesuksesan film "Tilik" ini, Dinas Kebudayaan DIY kembali membuka Kompetisi Pendanaan Pembuatan Film tahun 2020 yang pendaftarannya telah dimulai sejak 20 Juli hingga 12 Oktober 2020.

Sumber: https://budaya.jogjaprov.go.id/
Sumber: https://budaya.jogjaprov.go.id/
Ending Film "Tilik" sebenarnya menggantung. Tapi meski menggantung, penonton mampu menemukan, menjawab, bahkan menyimpulkan sendiri, dan terlibat dalam asumsi-asumsi untuk mengarang cerita sendiri tentang ending film tersebut. Seperti contoh komentar-komentar mereka di Youtube Ravacana Film.

Nihagus Yuhamus: Apakah Yu Ning ini adalah representasi kita semua? Yang mencoba bertahan dari serangan hoax, mengklarifikasi sana sini dari tuduhan orang-orang terhadap seseorang yang kita "anggap" kenal. Tapi ternyata yang kita bela, yang kita pertahankan ternyata tak sebaik itu?

Reka Aditama: Diluar dari karakter Bu Tedjo dan kawan-kawan. Ada kehangatan yang sudah mulai memudar pada masyarakat Indonesia kini. Tradisi Tilik/menengok ini representasi gotong royong masyarakat Indonesia, bentuk kepedulian yang lebih bernilai dari sekedar ghibahan ibu-ibu. Semoga tradisi ini tidak hilang. Keren. Sukses filmnya.

Annisa Sanjaya: Deep, meangingful and deserve to win an award! Perjalanan yang jauh selama film, cukup menggambarkan betapa pelosoknya tempat mereka. Menggambarkan cara berfikir warga di daerah tersebut yang memang sangat mudah dipengaruhi oleh orang-orang macam Bu Tejo. The one who speaks the most, the one who became the leader. Menarik banget, dimana plot twistnya, adalah apa yang digosipin Bu Tejo dan Bu Tri itu, ada fakta yang benernya, dan mungkin akan terungkap nanti saat Dian yang emang cuantik nikah sama Pak Lurah.

Dan menariknya lagi, sadar tidak sadar, keadaan yang ekstrim digambarkan oleh tim Tilik, 'gosip ibu-ibu desa' happens to be terjadi juga di orang-orang kota yang mengaku lebih pintar, dan bukan ibu-ibu. Jadi the golden question is, apakah mindset 'orang kota lebih terbuka dibanding orang kampung' itu masih relevan?

Renovan Nache: Pesan yang disampaikan amat bagus. Mengingat film ini diproduksi tahun 2018, teknik sinematografinya juga cukup mulus. Alur cerita sederhana dan mudah dimengerti. Awalnya berfikir Bu Tejo adalah sang biang kerok. Tapi begitu melihat ending filmnya, ada twist yang sangat realistis yang terjadi akhir-akhir ini. Apapun motivasi Dian mendekati Pak Minto sang lurah, hanya dialah yang tahu. Karena sesungguhnya manusia itu tidak pernah puas. Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Dan pasti setiap keluarga punya kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Kunto LH: Bu Tejo adalah Indonesia, pure!! Mbak Tri merupakan gambaran netizen Indonesia yang berbahaya, Yu Sam sebagai tukang ngegongi, sementara Yu Ning Positifist yang terpinggirkan.

Pamintoko Teja Permana: Di balik mulutnya yang seperti itu, ternyata sosok bu tejo ini memang solutif, terlihat selama perjalanan dia tiga kali memberikan ide-ide solutif dan selalu diterima ibu-ibu.

Putri Hartaningrum: Waaaah endingnya. Suka sih sama film yang bisa membuka sudut pandang baru yang kayak gini. Yang sebelumnya aku ingin menghujat bu tejo, setuju dengan yu ning, dan kasihan sama dian, akhirnya malah jadi ragu sama pandanganku terhadap dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun