Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ibu Beri Nilai 100 ya! Terima Kasih Bu Guru

5 Agustus 2020   22:16 Diperbarui: 6 Agustus 2020   14:39 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa belajar dari rumah. Sumber: Pexels /Julia M Cameron

Itulah chat yang saya berikan kepada siswa-siswa saya selepas mereka mengerjakan tugas yang saya kirim secara pribadi melalui WhatsApp. Selalu ada rasa terharu di hati saya ketika mereka mengucapkan kalimat "terimakasih bu guru". Seakan-akan menggambarkan bahwa mereka berbahagia karena usaha mereka dihargai dengan nilai tertinggi.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Mereka harus belajar. Demikianlah tekad saya. Maka masa pandemi ini mengajak saya untuk lebih dekat dengan mereka dengan cara memberikan pembelajaran melalui chat pribadi, serta menanyakan kabar mereka, apakah mereka bosan, adakah yang ingin disampaikan sebelum belajar, dan perasaan-perasaan lainnya.

Tentu perasaan setiap anak berbeda-beda. Ada yang sudah bosan, bahkan mungkin beberapa ada yang mengalami hal-hal sulit seperti mendapatkan cubitan dan bentakan dari orangtuanya jika tidak bisa. Demikianlah yang saya dengar dari percakapan grup guru di sekolah lain yang juga saya ikuti.

Sejauh ini, saya belum mendengar siswa saya mengalami hal-hal yang demikian. Mungkin ada yang mengeluh dari siswa dan orangtua seperti tugas yang diberikan guru kelas terlalu banyak. Belum lagi guru kelas yang teramat kaku memberikan tugas. 

Maka saya merekomendasikan diri kepada siswa yang dekat rumahnya dengan saya, "jika kesulitan belajar sendiri di rumah, silahkan ke rumah bu erni ya, nanti ibu bantu".

Maka beberapa siswa ada yang belajar di rumah saya, bahkan mereka mengajak temannya yang lain agar lebih seru dan semangat belajarnya.

Saya sendiri mengampu mata pelajaran pendidikan agama Islam. Selama pembelajaran jarak jauh melalui chat pribadi, saya memahami bahwa tingkat kemampuan siswa saya berbeda-beda. 

Ada yang melalui proses harus dijelaskan terlebih dahulu, ada yang langsung memahami, ada yang perlu pendekatan-pendekatan khusus. Setiap anak memiliki cara berbeda-beda untuk paham.

Maka ketika memberi tugas, saya selalu meninggalkan feedback untuk masing-masing anak. Agar mereka bersemangat dalam belajar.

Tugas yang saya berikan selama ini bermacam-macam, seperti anak menonton video kartun seperti di bawah ini.


Dari kisah tersebut anak-anak saya minta untuk memberikan pesan dan kesan. Kira-kira pesan apa yang didapat dan apa kesannya setelah melihat film kartun tersebut. 

Maka bermacam-macamlah jawaban mereka. Bahkan ada yang menceritakan ulang video tersebut kepada saya. Maka begini salah satu respon saya kepada mereka.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Lalu materi lain seperti hafalan surat-surat pendek. Untuk menarik hati mereka agar mau belajar surat-surat pendek saya mencarikan video yang kira-kira menarik untuk anak sekolah dasar. Seperti ini:

Selain menarik, saya juga mencarikan video yang ada huruf latinnya, sehingga mereka mudah untuk menirukannya.

Ada diantara mereka yang kesulitan menghafalkannya, bahkan membacanya pun sulit. Maka saya menguatkan hati mereka melalui feedback.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Sebagai seorang guru, kita tidak bisa menuntut siswa untuk sekali belajar langsung bisa. Maka saya tidak pernah memaksa mereka untuk benar-benar bisa. Saya tidak ingin membebani mereka. 

Jika hari ini belum bisa, semoga di lain kesempatan ada waktu yang tepat untuk mengajari mereka. Bagi saya yang paling penting adalah mereka tidak bosan belajar, mereka tidak bosan menunggu feedback dari saya, mereka bersemangat belajar.

Dalam mencari video saya selalu berusaha mencari video yang tidak membosankan. Yang penting mereka yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Jika mereka tidak paham, mereka akan bertanya. 

Lalu saya mencoba menjelaskan kepada mereka melalui pesan teks sedikit demi sedikit. Sehingga muncullah suatu percakapan antara saya dan siswa. Diakhir percakapan, saya akan menanyakan kepada mereka, apakah mereka sudah paham. Lalu mereka menjawab paham.

Di lain kesempatan, ada siswa saya yang chat malam-malam. Saya kira dia akan menanyakan tentang pelajaran, ternyata tidak. Dia ingin curhat tentang masalah pribadi. Saya pun menyadari bahwa siswa saya tentu memiliki hal-hal yang dipikirkan, dan masalah-masalah pribadi. Disinilah saya menyadari manfaatnya chat pribadi.

Mungkin jika secara langsung siswa akan malu jika bicara langsung dengan gurunya, maka chat pribadi kiranya memahamkan saya bahwa mampu mendekatkan yang jauh. 

Ya, ketika di sekolah meski jarak saya dan siswa dekat karena berada di lingkungan yang sama, mereka mungkin tidak berani curhat langsung, karena lingkungan sekolah tentu banyak orang. Tetapi dengan adanya whatsapp mereka mulai berani terbuka untuk menceritakan masalahnya. Whatsapp menjadikan yang jauh terasa dekat.

Di masa pandemi ini, memompa semangat anak sangat diperlukan. Bahkan tidak hanya semangat anak yang dipompa, tetapi juga semangat orangtua yang mendampingi anak belajar. Ketika saya memberi tugas kepada siswa, berupa menjawab soal. 

Saya meminta siswa untuk membaca terlebih dahulu materinya. Ketika siswa menjawab berupa pilihan ganda lalu jawabannya salah, saya meminta siswa membuka kembali materinya. 

Jika tidak ada di materi maka saya akan menjelaskan melalui pesan teks dengan penjelasan yang singkat tapi siswa paham. Maka siswa akan tahu dimana letak kesalahannya. Setelah siswa mampu menjawab dengan benar, maka siswa baru saya beri nilai. Dan nilai yang saya berikan selalu 100.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Nilai 100 selain sebagai bentuk bahwa mereka telah menjawab dengan benar, juga sebagai bentuk apresiasi bahwa mereka telah berusaha dengan maksimal. Mereka belajar tentang apa itu kerja keras.

Salah satu hal yang saya syukuri di masa pandemi ini adalah saya mampu lebih dekat dengan siswa saya. Saya berusaha tidak hanya sebagai guru, tetapi juga teman, dan sahabat. 

Hal yang ingin saya tanamkan kepada siswa-siswa saya adalah bahwa belajar itu bukan tugas, tapi belajar itu hobby. Jadi meski mereka tidak menjadi siswa lagi, saya berharap mereka tidak lelah dalam belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun