Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Tentang Sinetron "Dari Jendela SMP" dan Pendidikan Seks pada Novelnya

13 Juli 2020   23:18 Diperbarui: 14 Juli 2020   17:14 6438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orangtua yang merasa gagal. Sumber: itikkecil.com

"Melakukan apa Bu? Berhubungan dengan seorang pria?"

"Wulan, seorang wanita tidak akan hamil kalau tidak ada sperma yang masuk membuahi sel telurnya."

"Tapi gak sampai masuk banget bu, apa gitu aja bisa hamil?"

"Lebih baik kita  ke dokter, Wulan."

Dan  Dokterpun yakin Wulan hamil. "Tanda-tanda kehamilannya positif. Lebih baik kita melakukan pemeriksaan USG supaya Wulan bisa melihat bayinya." (Novel Dari Jendela SMP hlm 284-285).

"Minta dokter aborsi aja bu." Wulan histeris.

Bu Narti menunjukkan foto USG. "Ini gambar Janin berumur 2 bulan, Wulan. Kira-kira sebesar inilah anakmu sekarang. Panjangnya kira-kira empat senti. Bagian-bagian tubuhnya sudah terbentuk. Dia berada dalam rahimmu. Menunggu makanan dari ibunya. Tegakah kamu membunuh anakmu, padahal ia begitu berharap padamu? Karena hidupnya seratus persen bergantung padamu, Wulan!" Wulan menangis. Dia tidak tahu harus berbuat apa. (Novel Dari Jendela SMP hlm 285-286).

Itulah pendidikan seks yang saya dapatkan dari Novel "Dari Jendela SMP". Yaitu tentang perubahan fisik dan psikis remaja, terjadinya menstruasi pada perempuan, penyakit kelamin, tentang melakukan hubungan seks menyebabkan kehamilan, dan akibat aborsi.

Dari Novel Mira W "Dari Jendela SMP" kita mampu mempelajari dan memahami bahwa masa remaja adalah masa penuh dengan keingintahuan dan coba-coba. Maka, penting sekali pendidikan di Indonesia tidak memandang membicarakan seks adalah hal tabu. Karena melakukan pembicaraan yang mendalam itulah remaja akan tahu dan paham resiko melakukan hubungan seksual. 

Remaja kita saat ini lebih cepat matang, mereka akan mudah mengakses apa yang ingin mereka tahu melalui internet. Jika tanpa pemahaman yang baik mereka akan tersesat dan terjerumus.

Maka sebaiknya, media televisi bisa memberikan tayangan yang lebih mengedukasi. Tayangan yang mengedukasi tidak hanya untuk menghibur, tetapi memberikan pemahaman, pencerahan, dan hikmah yang dapat dipelajari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun