Biduk rumah tangga Jennifer Jill (pebisnis/ 49 tahun) dengan Ajun Perwira (aktor/32 tahun) tengah diambang kehancuran. Pasangan yang menikah belum genap 1 tahun itu dikabarkan berantem. Pasalnya, Jennifer beberapa hari yang lalu mengunggah instastory dimana dirinya marah-marah dan membuang pakaian termasuk celana dalam Ajun ke kolam renang. Dalam instastorynya, Jennifer Jill menganggap bahwa Ajun masih anak kecil. Entah apa yang menyebabkan keduanya bertengkar. Hingga saat ini media mengabarkan bahwa Jennifer masuk rumah sakit lantaran capek berantem, capek hati, capek pikiran, capek mulut, dan segalanya. (Sumber)
Tidak hanya Jennifer Jill dan Ajun Perwira, pasangan selebritis Barbie Kumalasari dan Galih Ginanjar yang telah 4 tahun menikah juga dikabarkan diambang kehancuran. Galih yang saat ini sedang menghadapi persidangan akibat kasus ikan asin pun tak ingin terlalu terbuka dengan kabar tersebut. Sedang, Barbie mengatakan kepada media bahwa ia sudah tidak mencintai Galih lagi. Beberapa hari yang lalu Barbie pun mengatakan bahwa Galih seperti anak kecil.
Menganggap suami seperti anak kecil pun menjadi alasan kedua pasangan public figur tersebut untuk bertengkar, bahkan tanpa ada keinginan untuk menyelesaikan permasalahan yang sebenarnya terjadi. Jennifer lebih memilih menyelesaikan masalahnya dengan mengumbar problematika rumah tangganya di media sosial. Tak berbeda jauh dengan Jennifer, Barbie pun memilih terbuka kepada wartawan tentang perasaannya yang sudah tidak seperti dulu kepada suaminya.
Apakah sikap Jennifer dan Barbie bisa disebut sebagai sikap yang dewasa karena mereka menganggap suaminya seperti anak kecil? Menurut saya Jennifer dan Barbie pun sama, seperti anak kecil. Mereka tidak mau menyelesaikan baik-baik masalah yang terjadi, tidak ada komunikasi yang baik dengan pasangan, dan malah mengumbarnya melalui media.
Tidak harmonisnya rumah tangga yang dibangun terkadang disebabkan bukan karena masalah besar, tetapi hanya perkara sepele seperti pasangan yang terlalu cemburu, tidak ada yang ingin mengalah, mengedepankan ego masing-masing, tidak peka, tidak peduli, tidak ada keterbukaan, dan lain-lain. Pada intinya terkadang problematika itu sebenarnya bisa diselesaikan melalui jalan komunikasi yang baik, tetapi karena gengsi, tidak ada yang mau memulai untuk komunikasi baik-baik.
Komunikasi yang baik
Tidak semua komunikasi yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah pada akhirnya akan menjadi solusi yang baik, malah ada yang tadinya baik-baik saja tapi setelah berkomunikasi malah terjadi keributan karena saling adu mulut, tanpa ada yang mau mendengarkan.
Seperti misal kebiasaan mengoreksi pembicaraan pasangan. Contoh, ayah ingin bercerita kepada anak-anaknya bagaimana pertemuan mereka dengan ibu dulu,
"Dulu ayah bertemu ibu itu di Solo Square. Saat itu...." belum selesai ayah berbicara tiba-tiba ibu memotong.