Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

S2 Jualan Tahu Viral, Masalahnya di Mana?

28 Januari 2020   23:27 Diperbarui: 28 Januari 2020   23:27 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alexander Thian memberi caption cukup panjang. Begini cuplikan captionnya,

Sejujurnya saya heran dengan orang Indonesia, entahlah saya tidak tahu apakah di luar Indonesia juga seperti ini atau hanya di Indonesia saja. 

Tetangga saya kuliah jurusan perawat, sekarang membuka warung kelontong, tetapi ada orang yang mengatakan "ngapain dulu kuliah kalau akhirnya jualan?". Bahkan bukan hanya tetangga saya, teman-teman saya juga banyak yang jualan, dan banyak juga yang komentar dengan nyinyiran serupa.

Bukan hanya tetangga dan teman-teman saya, bahkan kakak saya pun ada yang nyinyirin. Kakak saya bersekolah jurusan Farmasi, sekarang bekerja di media, beberapa kerabat saya yang tahu pekerjaan kakak saya mengatakan, "ngapain dulu sekolah di obat-obatan kalau sekarang tidak jadi apoteker?" 

Orang tua saya pun sampai sekarang masih berharap kakak saya bekerja di rumah sakit bagian apoteker, tapi kakak saya tidak mau, dia sudah pernah bekerja di apotek selama 2 tahun dan bosan dengan rutinitasnya, lalu sekarang bekerja di media dan dia senang bekerja di sana karena mendapatkan banyak pengalaman seperti membuat design, membuat content youtube, menjadi content editor, meliput berita, dan lain-lain.

Netizen pun pernah dikejutkan oleh Welin Kusuma, pemilik 24 gelar. Dia memiliki 3 gelar sarjana, master, dan telah menjalani 12 pendidikan profesi. Semuanya dilakukan dalam waktu 15 tahun. 

Welin menempuh studi S1 nya di Teknik Industri Universitas Surabaya (Ubaya), STIE Urip Sumoharjo, Universitas Terbuka, Universitas Airlangga, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya, dan Universitas Kristen Petra. 

Di jenjang S1 ia belajar di bidang manajemen, administrasi bisnis, hukum, teknik informatika, bahasa inggris, administrasi publik, statistika, dan akuntansi. Dan S2 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (bidang teknik industri), dan Universitas Airlangga (manajemen dan kenotariatan). 

Ia juga menempuh Pendidikan Profesional antara lain perencanaan keuangan, brand development, manajemen produk, konslutan pajak, sumber daya manusia, dan akuntan. 

Sepanjang belajarnya sejak 1999-2014 ia pun mendapatkan gelar Welin Kusuma, ST, SE, S.Sos, SH, S.Kom, SS,SAS,S.Stat, S. Akt, MT, MSM, Mkn, RFP-I, CPBD, CPPM, CFP, Aff.WM, BKP,QWP,CPHR,ICPM,AEPP,CBA,CMA. Ia pun menerima penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai peraih gelar multidisiplin terbanyak.  Sumber.

Sebenarnya yang membuat saya heran bukan gelarnya yang panjang sekali, tetapi komentar netizen salah satunya di channel YouTube SarahSechanNet saat Sarah Sechan bertanya, "sekarang kamu pekerjaannya apa?" Welin Kusuma menjawab, "saya karyawan di PT HM Sampoerna Tbk."

secreenshot pribadi dari https://www.youtube.com/watch?v=z-4v_cNt4nc
secreenshot pribadi dari https://www.youtube.com/watch?v=z-4v_cNt4nc
Pertanyaan saya adalah "emang kenapa kalau jadi karyawan? masalahnya di mana ?"

Hari ini saya pun dikejutkan dengan respon netizen, tadinya saya hanya melihat melalui postingan instagram dari Alexander Thian. Begini postingannya,

Alexander Thian memberi caption cukup panjang. Begini cuplikan captionnya,
Alexander Thian memberi caption cukup panjang. Begini cuplikan captionnya,
Salah gak cewek cakepnya? Sama sekali nggak. Being beautiful is not a sin. Terus siapa yang salah? Ya gak ada. Manusia memang makhluk visual, dan kerap kali, punya standar ganda. That's just the way it is. Contohnya ya kasus ini. Cakep, S2, jualan tahu, masuk media, viral, dielu-elukan, dibilang keren, jualannya laku, dll dll. 

Bayangkan kalau yang jualan sama-sama S2, tapi tampangnya biasa cenderung di bawah standar masyarakat. Apakah bakalan "viral"? Apakah sentimennya akan positif? Bisa jadi yang dibahas adalah, "capek-capek sekolah tinggi-tinggi jualan tahu goreng DOANG? Yang ada lo tambah jelek, Nengggg!" Atau "percuma S2 tapi jualan tahu. Well... cocok sih sama komuk..." you know, komen semacam itu. Sakit? Pasti. Adil? Ya enggak. Kenyataan? Ya memang.

https://cdn2.tstatic.net/
https://cdn2.tstatic.net/
Hari ini, 28 Januari 2020 saya melihat "Ini Talkshow" di net tv. Salah satu bintang tamunya adalah cewek cantik penjual tahu itu. Namanya adalah Amanda Nurani. 

Dikutip dari merdeka.com, ia mulai viral pada 21 Januari 2020 melalui akun twitter @shitlicious yang mengunggah potretnya saat sedang berjualan tahu di pertigaan Fatmawati-Abdul Majid, Jakarta Selatan. Berdasarkan wawancaranya dengan Sule di net tv, ia lulusan S2 jurusan manajemen bisnis. Melalui berjualan tahu inilah ia mengaplikasikan ilmunya. 

Ia mengaku baru dua minggu berjualan, dan dalam sehari bisa 4ribu lebih tahu yang terjual. Selama berbisnis ada tantangan yang harus ia hadapi, salah satunya dari orang-orang sekitar. 

Seperti awalnya ia ditentang orang tuanya "masa' lulusan S2 jualan tahu, biar karyawannya saja." Tetapi ia tetap bersikukuh terjun kelapangan untuk ikut berjualan. 

Setelah ia mulai berjualan, banyak nyinyiran dari netizen seperti ia menjual tampang. Ia pun tidak terlalu memperdulikan nyinyiran-nyinyiran itu. Ia pun malah mengajak generasi muda untuk tidak gengsi memulai berbisnis seperti dirinya, yang mana jualan tahunya ia beri nama "Tahu.Go".

Bagi saya pribadi tidak ada yang salah dan tidak ada masalah juga ketika seseorang memilih membuka usaha berdagang meski lulusan sarjana ataupun magister, atau bekerja tidak sesuai dengan jurusan waktu kuliahnya, atau menjadi seorang karyawan meskipun kuliah dengan beragam jurusan. Semua manusia memiliki pilihan jalan hidup masing-masing yang sebenarnya itu adalah hal privasi dia. Sehingga orang lain pun tidak memiliki hak untuk ikut campur.

Tetapi yang terjadi adalah kerap sekali disekitar kita mempermasalahkan, atau bahkan sebenarnya mereka hanya nyinyir tentang pilihan jalan hidup kita. Saya sendiripun kerap mengalami situasi semacam itu.

Pada akhirnya kita pun akan menyadari bahwa kesuksesan seseorang di bidang karir tidak terletak pada nyinyiran orang lain. Malah sebaiknya jika kita ingin sukses, lebih baik kita tidak memikirkan orang-orang yang hanya bisa mengomentari pilihan hidup kita tanpa memberi solusi yang jelas.

Kak Indra Sugiarto, seorang penulis buku "Teman Berjuang", dan "Tumbuh dari Luka" mengatakan,

Akan ada seseorang yang mentertawakanmu. Akan ada seseorang yang merendahkanmu. Akan ada seseorang yang membuatmu merasa tidak berharga. So, what? Kamu tidak bisa mengontrol mereka, satu-satunya orang yang bisa kamu kontrol adalah diri kamu sendiri. Satu-satunya cara untuk kamu bisa survive, untuk bodo amat, untuk jalan terus adalah dengan mengontrol perasaan kamu sendiri. Kamu berhak menutup telinga untuk ucapan sampah orang yang tak punya peran dalam hidupmu.

So, mengapa kita sibuk mempermasalahkan hal-hal yang sebenarnya tidak menjadi masalah? Mengapa kita sibuk mempermasalahkan orang-orang yang sedang meniti karirnya? mengapa kita sibuk mempermasalahkan mereka yang bekerja tidak sesuai dengan bidang kuliahnya? mengapa kita sibuk mengatakan hal-hal negatif kepada mereka?

Coach Yudi Candra, CEO PT Duta Sukses Dunia, pun mengatakan, 

orang yang sukses bukan mereka yang sibuk ikut campur urusan orang lain, tapi mereka yang menekuni apa yang mereka kerjakan dan tidak menyerah. 

Jadi, jangan mempermalukan diri kita sendiri dengan perilaku buruk kita, seperti sibuk mengomentari urusan orang lain. Semua orang pasti ingin sukses, maka mari kita meraih sukses dengan mengawali untuk tidak ikut campur urusan orang lain. 

Karena pada akhirnya jika kita sibuk mengomentari orang lain, kita akan tertinggal dari mereka yang sibuk merealisasikan mimpi-mimpinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun