Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasionalisme Agnez Mo dan Fenomena Isu Nasionalisme

1 Desember 2019   00:10 Diperbarui: 1 Desember 2019   00:30 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nasionalisme Agnez Mo

Agnes Monica atau yang sekarang dikenal sebagai Agnez Mo menjadi bahan perbincangan publik karena pernyataan dalam wawancaranya dengan Build Series, Amerika Serikat, yang dipandu oleh Kevan Kenney, dianggap kontroversial. Begini pernyataannya tersebut,

"Karena sebenarnya, aku enggak punya darah Indonesia atau apapun itu. Aku (berdarah) Jerman, Jepang, China, dan aku hanya lahir di Indonesia. Aku juga (beragama) Kristen dan mayoritas di Indonesia adalah Muslim. Jadi, aku enggak akan bilang aku enggak pantas berada di sana karena orang-orang menerimaku apa adanya. Tapi selalu ada perasaan kalau aku tidak seperti orang-orang lainnya" (sumber: kompastv).

Pernyataan Agnez Mo tersebut disalahartikan oleh Netizen, salah satunya adalah Wakil Ketua Fraksi PPP DPR RI Nurhayati Monoarfa, Nurhayati mengatakan,

"Saya sangat menyayangkan Agnez Mo mengatakan hal demikian. Seharusnya, dia tidak lupa di mana dia lahir, memulai karir hingga bisa go international. Masa sih tidak tau diri seperti itu. Kehidupan yang layak dia dapatkan di Indonesia. Ketenaran dia dapatkan di Indonesia, rejeki juga dia dapatkan di Indonesia, tapi lupa sama Indonesia." 

Nurhayati lalu menyarankan agar Agnez Mo menyadari kesalahannya dan meminta maaf kepada bangsa Indonesia.  Menurut dia, minta maaf adalah cara terbaik agar seluruh masyarakat tidak geram berkepanjangan kepada Agnez Mo (sumber: tirto.id).

Menanggapi komentar negatif netizen, dalam wawancaranya dengan Deddy Combuzer melalui video call yang diunggah di Youtube Deddy Combuzer, Agnez menjabarkan maksud percakapannya dengan Kevan. Ia menjelaskan bahwa dalam wawancaranya ia selalu menyebut Indonesia sebagai my country, bukan their country, tetapi my yang menunjukkan kepemilikan saya, bukan their, kepemilikan mereka.

Dari bentuk kepemilikan ini sudah jelas bahwa Agnez mengakui dirinya adalah orang Indonesia. Bahkan semua orang tahu, baik orang Amerika, terlebih orang Indonesia sendiri bahwa Agnez adalah orang Indonesia, sehingga ketika berbicara dengan orang Amerika, mereka tidak pernah bertanya apakah Agnez orang Indonesia, tetapi mereka selalu bertanya tentang seperti apa menariknya Indonesia itu. Maka Agnez menjelaskan tentang keragaman Indonesia dan peluang yang ia dapatkan di Indonesia meski ia menjadi minoritas di Indonesia.

Agnez adalah orang yang memiliki prinsip yang kuat dalam hidupnya, ia mengatakan bahwa,

Apa yang orang atau mereka lakukan itu menggambarkan pribadinya, apa yang saya lakukan dan bagaimana saya bereaksi terhadap sesuatu menunjukkan pribadi saya. Pribadi itu menunjukkan karakter. Karya dan hobbi itu menunjukkan karakter. Hobbi sendiri ada dua, hobbi bikin prestasi dan hobbi bikin sensasi. Itu kan juga karakter.

Dedi menambahkan, 

Ada orang yang hobbinya bikin prestasi akhirnya menjadi sensasi, ada orang yang hobbinya bikin sensasi, itulah prestasinya.

Inilah pernyataan yang tepat bagi orang-orang yang hanya bisa mengomentari apa yang orang lain lakukan, sedang mereka tidak pernah melihat diri mereka sendiri tentang apa yang sudah mereka lakukan, bikin prestasikah, atau bikin sensasi?

Bagi saya Nasionalisme Agnez tidak perlu dipertanyakan, banyak bukti yang menunjukkan bahwa Agnez adalah seorang yang nasionalisme. Salah satunya seperti yang ia katakan,

Saya selalu memasukkan budaya Indonesia ke dalam musik saya atau video clip saya, dan semoga saya bisa memperkenalkan budaya saya ke luar.

Agnez juga mengatakan, banyak orang yang mengatakan Agnez tidak nasionalisme hanya karena ia selalu berbahasa Inggris, padahal melalui ia belajar dan bisa berbahasa Inggris dengan lancar dan baik inilah yang membuat Agnez bisa mengenalkan Indonesia kepada orang-orang luar negeri.

***

Seperti yang Agnez katakan, bagaimana saya bereaksi terhadap sesuatu menunjukkan pribadi saya. Agnez pernah menghapus komentar negatif netizen. Ketika netizen itu bertanya, "kok comment ku di delete nes? 'Kena' banget ya?" Jawaban Agnez sangat berkelas, begini "bukan sayang. Karena para penggemarku dan halaman media sosialku tidak membutuhkan sesuatu yang negatif dari kamu.

Dan karena aku sedang memiliki waktu untuk membalas. Kamu sadar bahwa kamu sedang bercanda di halaman saya, bukan? Saya bertanya-tanya bagaimana kamu bisa seperti saya, saya sibuk memperbaiki diri saya. Maybe if you wanna be better and get the attention you desperately want, you can start bu making yourself better, post something positive in your life, theeeeeen maybe you can be more like me." (sumber: nakita.grid.id).

Selain itu, Agnez Mo juga pernah memberi dukungan kepada Melly Goeslow ketika Melly di bully oleh artis lain, "kalau pas di Indonesia kita ketemuan, ya. Teh Melly yang sabar ya", tulis Agnez Mo. "Sumpah mau nangis dapat dukungan dari kamu @agnezmo. Love you," tulis Melly Goeslow. 

"Iya Teh, ngerti banget rasanya kalau dibully, dijadiin bahan ketawaan, padahal kita enggak pernah ngurusin orang. LOL tetap saja. Gpp, pahalanya gede kalau maafin orang. Love you, Teh Melly," balas Agnez (sumber: suara.com).

Jelas sekali Agnez adalah orang yang cerdas, memiliki pribadi yang baik, bisa membawa dirinya diterima dimana saja, sudah melangkah jauh ke depan, dan nasionalismenya tak perlu diragukan.

Memang seharusnya kita tidak perlu membuat drama-drama dalam hidup, apalagi sensasi, tidak perlu sibuk mengurusi orang lain, jadikan diri selalu berkualitas setiap hari. Itu yang seharusnya dilakukan.

Baca: Kebiasaan Mengatur Hidup Orang Lain, Tepatkah?

Fenomena Isu Nasionalisme di Indonesia
Menurut wikipedia nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan nasional, dan nasionalisme juga ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal maupun eksternal.

Ada dua kata kunci yang harus dipegang yaitu mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dan mempertahankan negara. Seseorang yang memiliki cita-cita untuk kepentingan negara dan mempertahankan negara maka ia memiliki jiwa nasionalisme.

Di dalam Undang-Undang nomor 3 tahun 2002 pasal 9 ayat 1 disebutkan bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk ikut serta dalam pertahanan negara. Dalam ayat 2 dijelaskan bentuk pertahanan negara bisa melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia, dan pengabdian sebagai profesi.

Maka penting sekali di sekolah-sekolah diajarkan pendidikan kewarganegaraan untuk menanamkan rasa nasionalisme pada diri siswa. Sehingga siswa akan tumbuh menjadi pribadi yang terbuka dengan hal-hal yang memajukan bangsa.

Tentang nasionalisme ini saya memiliki pengalaman ketika SMA. Dari SD hingga SMP saya bersekolah di sekolah negeri. Setiap hari Senin saya selalu melaksanakan upacara. Meski mungkin saat SD dan SMP itu saya kurang bisa menghayati kecintaan saya terhadap Indonesia tetapi saya bisa menyadari bahwa ini adalah bentuk penanaman nasionalisme.

Lalu ketika SMA saya masuk ke sekolah swasta berbasis Islam, awalnya saya kaget sekali karena sekolah saya ini tidak ada upacara bendera setiap hari Senin. Sehingga 3 tahun selama saya di SMA, otak saya di doktrin bahwa hormat kepada bendera itu adalah musyrik.

Ketika saya kuliah dan bertemu dengan teman-teman beranekaragam, ada yang dari Ngruki, Gontor, dan lain-lain, saya tahu bahwa tidak hanya di sekolah saya yang menganggap menyembah bendera itu musyrik, ternyata teman-teman saya banyak yang beranggapan seperti itu.

Ini gawat sekali, saya tidak menyalahkan sekolah Islam yang memang mulai berkembang, tapi yang saya ingin tekankan adalah doktrin yang salah kaprah bahwa menyembah bendera adalah musyrik.

Saya tahu sekolah-sekolah Islam Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah masih melaksanakan upacara dan pramuka (sekolah saya juga tidak ada pramuka), itu berarti ada golongan-golongan tertentu yang mendoktrin agar siswanya menganggap musyrik menyembah sang saka merah putih.

Pelatihan Dasar Kemiliteran telah banyak diadakan di kampus-kampus, tetapi kenyataannya hanya beberapa mahasiswa yang tergabung menjadi anggota Resimen Mahasiswa. Maka banyak mahasiswa yang kurang memiliki jiwa nasionalisme, sehingga mudah sekali masuk ke golongan yang terpapar radikal.

Banyak mahasiswa yang tidak tertarik pelatihan dasar kemiliteran ini karena mereka tidak tahu apa fungsinya, sedangkan mahasiswa lebih suka pengajian tentang pernikahan.

Bukan berarti pengajian tentang pernikahan tidak penting, ya penting tapi jika tidak dibarengi dengan pemahaman nasionalisme dimana perbedaan pendapat adalah suatu keragaman, bisa cekcok tiap hari, tidak ada yang mau mengalah karena merasa paling benar, padahal sebenarnya tujuannya sama, menunaikan perintah Allah. 

Seperti dulu waktu saya kuliah, dosen saya pernah menceritakan sebuah kasus tentang beda harakah (tempat ngaji), karena beda tempat ngaji maka banyak perbedaan pendapat, seperti antara menggunakan doa qunut atau tidak, lalu cekcok. Ini bahaya jika tidak memiliki jiwa nasionalisme.

baca: Fenomena Mahasiswa Terpapar Radikalisme

Pengabdian sebagai prajurit TNI, jika berbicara tentang TNI, saya jadi ingat Pak Prabowo. Ketika debat calon presiden, Pak Prabowo mengatakan, "Saya ini TNI pak, Saya ini nasionalisme, saya ini patriotisme, saya ini lebih TNI daripada TNI." Pernyataan-pernyataan ini terkenang sekali di memori saya, karena menurut saya ini lucu sekali. 

Tetapi ketika Pak Prabowo dengan tiba-tiba menyatakan bahwa dirinya siap membantu Presiden dengan posisi Menteri Pertahanan, saya merasa Pak Prabowo telah menunjukkan jiwa nasionalismenya, jiwa patriotismenya, dan jiwa keTNIannya. Beliau tidak hanya mengucapkan, tetapi melakukan. Ini yang penting.

Jadi jika sekarang ini marak sekali foto-foto dengan tulisan saya pancasilaisme, atau saya nasionalisme, atau saya cinta Indonesia, perlu dibuktikan. Apa bukti kamu pancasilaisme? apa bukti kamu nasionalisme? apa bukti kamu cinta Indonesia? Sekedar pamer-pameran di sosial mediakah?

Membuktikan kita seorang yang pancasilaisme, atau nasionalisme, atau cinta Indonesia, tidak mudah. Tidak hanya diucapkan lewat kata-kata. Lihat Agnez Mo yang sudah membawa harum nama Indonesia hingga ke luar negri, dia malah dituduh tidak nasionalisme.

Lha, bagaimana dengan kita yang hanya hobbi upload foto di medsos, nyinyirin orang, banding-bandingin kita dengan orang lain? Apa yang sudah kamu lakukan, itu yang penting.

Pengabdian sebagai profesi, maka apapun profesi kita sekarang, inilah wadah kita untuk menunjukkan nasionalisme kita. Jika seorang guru, maka ajarkanlah siswa-siswa sifat saling mengasihi dengan sesama. Jika seorang dokter, maka jadilah dokter yang siap sedia untuk mereka yang membutuhkan pertolongan.

Jika seorang dosen, didiklah para mahasiswa menjadi pribadi yang lebih dewasa dalam menyikapi problematika kehidupan. Jika bekerja di bidang perfilman, artis, sutradara, produser, hasilkan karya-karya yang bermanfaat, yang tidak merusak perilaku penonton. Jika seorang penulis, tulislah hal-hal yang bermanfaat. Dan profesi-profesi lainnya.

Maka menurut saya pribadi nasionalisme adalah ketika kita sibuk menghasilkan karya, sibuk meningkatkan kualitas diri, mau menghargai pendapat orang lain, dewasa dalam menyikapi problematika kehidupan, tidak mengurusi kehidupan orang lain, menghargai hasil karya orang lain, menyebarkan cinta kedamaian, mengasihi sesama manusia, dan tidak menghakimi orang lain. Nasionalisme berarti memerdekakan diri kita untuk menjadi pribadi yang lebih maju dari hari sebelumnya. Demikian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun