Gamelan yang luar biasa tersebut sampai sekarang hanya ditabuh saat upacara Sekaten, dan bersatutus sebagai gamelan Pakurmatan, karena tidak digunakan pada kegiatan pagelaran kebudayaan secara umum, melainkan hanya pada saat-saat prosesi penting atau sakral.
Perayaan Sekaten di Solo
pasar malam selama sebulan penuh. Berhubung tahun 2024 alun-alun utara yang biasa dipakai untuk kegiatan pasar malam sedang direnovasi, maka pasar malam dipindah ke area taman Sriwedari.Â
Acara Sekaten merupakan perayaan tahunan di kota Solo sejak abad ke -15 dan merupakan tradisi untuk memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW yang dikenal dengan Hajad Dalem. Pagelaran Sekaten diikuti kegiatanSedangkan gamelan Sekaten tetap berada di lingkungan Masjid Agung Surakarta. Hal-hal yang dijual disana masih sama. Antara lain telur asin, pecut, kembang setaman, kapur sirih dan kelengkapannya. Puncak acara tersebut diakhiri dengan Grebeg Mulud. Sebuah gunungan besar yang terbuat dari beras ketan, buah-buahan, makanan dan sayur-sayuran yang setelah dido'akan dan dikirab dari Kamandungan menuju pelataran Masjid Agung untuk diperebutkan masyakarat.
Kericuhan di Bangsal Sekati
Kemarin siang, tepatnya hari Selasa 9 September 2024 gamelan Sekaten ditabuh untuk pertama kali. Menurut kepercayaan yang sudah sekian lama. Jika gamelan Sekaten ditabuh akan turun hujan, meskipun kemarau panjang. Hal tersebut terjadi pada kemarin sore. Solo diguyur hujan, setelah sekian lama musim kemarau. Entah hal itu hanya kebetulan atau memang benar adanya. Wallahu A'alm Bishawab.Â
Ketika gamelan Sekaten, Kyai Guntur Madu ditabuh di Bangsal Sekati, ada hal yang benar-benar tidak terduga. Dilansir dari TribunSolo.com (9 September 2024). Salah satu menantu SISKS Pakubuwana XIII Hangabehi yang bernama KRA Rizki Baruna Aji Diningrat beserta sejumlah orang yang mengenakan beskap putih tiba-tiba mendatangi Bangsal Sekati dan mendorong salah satu abdi dalem pengrawit yang bernama KRT Rawang yang saat itu berada tepat di pintu masuk Bangsal.Â
Hal itu dipicu sang menantu yang merasa kecewa, mengapa gamelan sudah ditabuh, sedangkan dirinya belum berada di lokasi. Padahal beliau yang mendapat mandat dari Sinuwun, kapan gamelan Sekaten harus ditabuh (sambil menunjukkan sebuah surat dengan kop Kasunanan).
Insiden tersebut memicu abdi dalem dan kerabat keraton lainnya yang saat itu berada di lokasi. Bahkan sampai ada seseorang yang mencekik leher sang menantu Sinuwun hingga keluar dari Bangsal. Insiden tidak berhenti sampai di situ.Â
Setelah sang menantu keluar dari Bangsal, dengan suara lantang memprotes sejumlah abdi dalem yang berada di lokasi. Aksi dorong mendorong pun terjadi. Dengan luapan emosi yang memuncak Rizki akhirnya keluar dari pelataran masjid Agung setelah ditenangkan beberapa anggota TNI yang bertugas disana.