- Kelompok umur s/d 49 tahun putra dan putri
- Kelompok umur 50 + putra dan putri
Padepokan Satria Nusantara dibangun diatas tanah seluas 6000 M2. Ada lima bangunan utama dalam bentuk limasan khas Yogya. Satu pendopo, satu rumah utama, dua tempat penginapan dan satu bangunan mushola. Untuk tempat penginapan kurang lebih bisa menampung 50 orang. Dan malam itu saya dan suami berbeda bangunan tempat penginap. Saya di sisi barat, sedang suami di sisi timur. Kamar yang saya tempati berisi 4 orang. Bangunan penginapan tidak semuanya terbuat dari tembok. Untuk sekat antar kamar terbuat dari bambu atau gedhek, begitu juga dengan pintunya. Atap atau plafon juga terbuat dari kayu. Semua bangunan yang ada disitu menyatu dengan alam. Terlebih musholanya. Berbentuk gazebo dengan kolam ikan dibawahnya. Bisa terbayang kan...sewaktu melaksanakan sholat sambil menikmati suara air dari gerakan ikan-ikan dibawahnya.
Untuk bagian depan, ada taman rumput yang luas. Taman rumput itu biasa digunakan untuk latihan. Selain itu, di padepokan Satria Nusantara banyak ditanam pohon-pohon antara lain pohon nangka genjah (sedikit daminya), pohon tledhung atau kesemek, pohon manggis, tanaman markisa berada di antara tempat penginapan dan beberapa tanaman lainnya. Semua itu semakin membuat suasana padepokan menjadi asri ditambah lingkungan sekitar yang mendukung dengan pohon-pohon yang tinggi dan udara sejuk gunung Merapi.
Sebelum pagi menjelang, untuk menghindari antri mandi, teman-teman sekamar saya sudah mandi dari jam 03.30-an. Sebelum upacara pembukaan di pendopo, kami menikmati sarapan dengan nasi soto khas Yogyakarta. Dari istri Bp. Imam Supangat selain pelatih pusat, beliau juga adik kandung Drs. H. Maryanto, sang pendiri Satria Nusantara mengatakan kalau semua menu yang disajikan di Padepokan menggunakan nasi merah, sayur tanpa msg dan semuanya fresh. Hmm...benar-benar menu atlit.
Setelah acara pembukaan selesai, nomer pertama lomba adalah kebugaran jantung. Namun, lokasinya tidak di padepokan, melainkan di lapangan Sekolah Dasar (SD) di seberang padepokan. Jarak lari adalah 20 meter. Untuk kali ini saya ikut 2 nomer lomba, yaitu profil kebugaran usia s/d 49 tahun putri dan tahan nafas usia s/d 49 tahun putri. Adapun hasil dari lomba ini saya mendapat juara 2 dengan level 4 sutlle 5 sedang juara 1 dengan level 4 sutlle 7. Hasil saya menurun dibanding FORDA di Banyumas Juni kemarin. Disana saya bisa mencapai level 5 sutlle 5. Entah mengapa, mungkin kondisi ketinggian mempengaruhi kekuatan nafas.
Setelah lomba kebugaran jantung selesai, acara lomba kembali ke padepokan. Baik jurus dasar, gabungan 7, putar, penjuru 3 sampai tahan nafas. Untuk lomba tahan nafas, saya bisa memecah rekor saya sendiri. Ketika di FORNAS Bandung, Juli 2023 saya mencapai sekitar 1,15 menit dan mendapat juara 3. Sedang di Kejurnas ini, saya bisa mencapai 1,40 menit mendapat juara 2 sedang juara 1 mencapai 1,48 menit. Untuk saya pribadi, ada kenaikan yang luar biasa. Dari nomer-nomer yang dilombakan, hanya penjuru 3 yang ada babak semi final dan final. Suami masuk final. Untuk pelaksanaannya bukan di padepokan melainkan di Karang Pramuka, Kaliurang yang berjarak kurang lebih 7 km dari padepokan ke arah barat.
Mengapa final penjuru 3 dilakukan di Karang Pramuka Kaliurang ? Karena disana akan dilangsungkan latihan bersama (LatBer), ujian kenaikan tingkat (EKT) sekaligus merayakan ulang tahun Satria Nusantara ke-39.
Minggu pagi, 1 September 2024 mulai jam 06.00 wib para pegiat Satria Nusantara dari berbagai daerah di Indonesia mulai berdatangan. Cuaca berkabut membuat bumi perkemahan Karang Pramuka semakin syahdu. Sebelum acara final penjuru 3, latihan bersama dan EKT dimulai, ada sambutan dari Drs. H. Maryanto tentang manfaat SN bagi kesehatan. Untuk mengawali latihan bersama, moment ini digunakan oleh sang guru Drs. H. Maryanto untuk sosialisasi pemanasan/warming up dan pendinginan/colling down yang baru tiap kali latihan diadakan.