Mohon tunggu...
Lipur_Sarie
Lipur_Sarie Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga yang mencintai alam

Indonesia adalah potongan surga yang dikirimkan Sang Pencipta untuk rakyatnya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ada Cerita Unik Daun Seledri, Mitos atau Fakta?

10 Mei 2023   15:33 Diperbarui: 10 Mei 2023   15:36 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daun seledri (foto :Lipursari)

Sudah kita ketahui bersama, bahwa mudik bagi bangsa ini sudah menjadi budaya. Saling berkunjung ke saudara jauh untuk mempererat tali silaturahmi. Cerita ini berawal dari Idul Fitri yang baru saja kita lewati pada bulan April kemarin. Seperti tahun-tahun sebelumnya, tiap libur Idul Fitri saya beserta suami dan anak mengunjungi saudara dari almh Ibu yang tinggal di desa Sooka, Malingmati, Punung, Pacitan, Jawa Timur. Desa yang begitu sepi, indah dengan penduduk yang ramah, lugu dan polos. 

Desa yang benar-benar desa menurut saya. Pembangunan intrastruktur yang bisa dikatakan tertinggal. Karena listrik dan air baru masuk belum ada 10 tahun. Hal itu kemungkinan besar karena desa tersebut berada di daerah perbatasan  Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun, justru "ketertinggalan" tersebut yang membuat saya selalu rindu akan suasana dan segala aktivitas disana. 

Dulu, sewaktu saya masih kecil dan belum sekolah kalau kesana bisa sampai 2 minggu, bahkan lebih. Hal itu membuat saya akrab dengan anak-anak yang sebaya dengan saya. Tiap pagi bersama Bapak (alm) jalan kaki menyusuri bukit yang berada di depan rumah kakek nenek saya. Kalau anak-anak yang sebaya dengan saya bermain di rumah kakek nenek saya, kadang Bapak bercerita didepan mereka. Apapun cerita yang keluar dari mulut Bapak saya, pasti menarik. 

Jadi, mereka antusias untuk mendengarkan sampai selesai. Almarhum Bapak memang wawasannya luas. Ngobrol apa saja nyambung. Dan beliau sangat paham dengan siapa berhadapan. sehingga kalimat-kalimat yang keluar mudah dipahami. Ah...indahnya mengenang itu semua. 

Kembali ke cerita awal. Karena suami dari Bulik lain nenek saya meninggal beberapa bulan lalu dan saya tidak bisa kesana karena kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan. Maka, mudik tempo hari waktu yang tepat untuk bertemu Bulik. Selain ucapan belasungkawa, juga bersilaturahmi bersilaturahmi tentunya. Halaman rumahnya begitu asri dengan beberapa tanaman ala desa. Ada tanaman cabe, kacang panjang, bunga sepatu lamtoro dan lainnya. Dari tanaman-tanaman tersebut, ada satu tanaman yang menarik perhatian saya. 

Seledri. Ya....di halaman rumahnya ada beberapa tanaman seledri yang tumbuh subur dan ditanam di dalam klenthing. Klenthing adalah produk tembikar yang terbuat dari tanah liat, yang dulu dipakai untuk mengambil air dari sumber mata air sebelum dipindah ke dalam gentong. Cara membawa klenthing tersebut dengan digendong dengan seledang atau diindhit yaitu dibawa dengan diletakkan di salah satu pinggang dan pegang dengan salah satu tangan.

Sudah kita ketahui bersama bahwa daun seledri banyak manfaatnya. Selain untuk masakan juga untuk kesehatan. Hal itu karena seledri sebagai sumber antioksidan. Antioksidan adalah senyawa yang berfungsi melindungi sel, pembuluh darah, dan organ dari kerusakan oksidatif. Seledri mengandung vitamin C, beta karoten, dan flavonoid. Ditilik dari laman Kementerian Kesehatan Direktorat Jendral Pelayanan Masyarakat ada lagi manfaat daun seledri. Antara lain :

  1. Menurunkan tekanan darah

 2. Membantu mengontrol kadar gula darah

3. Menurunkan kadar kolesterol tubuh

 4. Mencegah kanker

5. Meningkatkan kesehatan usus dan pencernaan

 6. Sebagai anti peradangan

7. Menjaga kesehatan organ hati

8. Baik untuk menjaga kesehatan ginjal

Untuk mendapatkan manfaat ini, Anda bisa merebus beberapa helai dan batang daun seledri dengan air kurang dari 1 liter. Masak hingga mendidih selama 10 menit. Tuangkan dalam botol dan simpan dalam lemari es dan bisa dikonsumsi satu gelas setiap hari.

Namun....selain manfaat yang luar biasa tersebut, menurut kakak sepupu saya seledri juga memiliki cerita-cerita unik yang belum banyak diketahui banyak orang. Pertama, jika kita menginginkan daun seledri, sebaiknya jangan memetik sendiri. Tapi sampaikan kepada yang punya dan biarkan yang punya tersebut yang memetiknya untuk kita. Karena kalau kita sendiri yang memetiknya, seledri itu akan mati. Kedua jika kita sering menari di dekat daun seledri, maka lambat laun seledri tersebut akan mati meskipun ditanam di tanah yang subur. Bagaimana menurut Anda. Mitos atau fakta ? Atau...barangkali Anda mau mencobanya ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun