Mohon tunggu...
Lipur_Sarie
Lipur_Sarie Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga yang mencintai alam

Indonesia adalah potongan surga yang dikirimkan Sang Pencipta untuk rakyatnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mangkunegaran adalah Literasi dan Arsip dari Waktu ke Waktu

1 April 2023   10:51 Diperbarui: 16 Mei 2023   12:31 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, penggunaan susunan atap bersegi banyak pada bagian sayap Pringgitan dan Pracimayasa. Ketiga, penggunaan tiang besi bergaya kolonial sebagai penahan tambahan bagi atap emperan di semua bagian Pura Mangkunegaran.

Keempat, penggunaan ornamen hias yang cenderung ditemukan di gedung-gedung berarsitektur Eropa seperti relief malaikat, kaca patri, lampu gantung, dan hiasan-hiasan bergaya Eropa.

Kelima, orientasi bangunan utama yang menghadap ke halaman yang luas serta orientasi bangunan penunjang yang menghadap ke bangunan utama dengan tujuan agar raja bisa mengawasi langsung bagaimana abdi dalemnya bekerja.

Sedangkan arsitekur Jawa pada Pura Mangkunegaran dapat dilihat dari beberapa hal. Pertama, penggunaan ornamen-ornamen arsitektur Jawa, seperti bentuk atap, tiang saka, dan ragam hias Jawa

Kedua, penggunaan konsep aling-aling yang berfungsi sebagai perintang agar orang luar tidak bisa melihat bagian dalam Pura Mangkunegaran secara langsung.

Ketiga, penggunaan kosmologi Jawa dalam fisik Pura Mangkunegaran. Posisi bangunan utama Pura Mangkunegaran di bagian inti menggambarkan posisinya sebagai pusat dari mandala. Bangunan Pura Mangkunegaran yang menghadap ke selatan, arah yang diasosiasikan dengan Kanjeng Ratu Kidul sebagai penguasa laut selatan, melambangkan hubungan istana dengan entitas gaib. Hubungan ini memliki dua fungsi, yaitu sebagai bentuk legitimasi politik dan meminta perlindungan non-fisik.

Keempat, pembagian ruang dalam Pura Mangkunegaran yang berdasarkan arsitektur Jawa. Dalam arsitektur Jawa, pembagian ruangan sebuah rumah dibagi berdasarkan tingkat privasi. Semakin dalam sebuah ruang maka semakin tinggi privasinya.

Pembagian ruang pada Pura Mangkunegaran dibagi menjadi tiga, yaitu: Pendhapa Ageng dan bangunan kantor yang dapat dikunjungi masyarakat umum, kemudian ada Pringgitan yang hanya dapat dikunjungi oleh tamu, dan Ndalem Ageng yang hanya dapat dimasuki oleh keluarga Mangkunegara dan abdi dalem.

Bagian Bangunan

            Setelah pintu gerbang utama akan tampak pamedan, yaitu lapangan perlatihan prajurit pasukan Mangkunegaran yang bernama Legiun Mangkunearan. Di sebelah timur pamedan terdapat markas pasukan infantri dan kavaleri eks-Legiun Mangkunegaran yang memiliki semacam bangunan benteng.

            Pintu gerbang kedua menuju halaman dalam tempat berdirinya Pendopo Ageng yang dapat menampung lima sampai sepuluh ribu orang dan  dianggap pendopo yang terbesar di Indonesia. Tiang-tiang kayu berbentuk persegi yang menyangga atap joglo diambil dari pepohonan yang tumbuh di Alas Kethu, hutan yang dahulu dimiliki Mangkunagaran, di perbukitan Wonogiri. Seluruh bangunan ini didirikan tanpa menggunakan paku. Di dalam pendopo terdapat gamelan-gamelan pusaka, antara lain gamelan Kyai Seton, gamelan Kyai Kanyut Mesem, dan gamelan Lipur Sari, yang masing-masing hanya dimainkan hanya pada peristiwa atau perayaan tertentu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun