Mohon tunggu...
Lipur_Sarie
Lipur_Sarie Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga yang mencintai alam

Indonesia adalah potongan surga yang dikirimkan Sang Pencipta untuk rakyatnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Menorehkan Cerita

19 September 2014   21:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:12 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bermula dari perang antara kerajaan Mataram dan Madiun. Mataram di bawah pimpinan Panembahan Senapati sedang Madiun di bawah pimpinan Adipati Ronggolumpeno. Menurut ramalan Sunan Giri, sebelum melakukan ekspansi ke wilayah timur, sebaiknya Panembahan Senapati menaklukkan wilayah Bang – wetan. Sebutan untuk beberapa wilayah di sebelah timur kerajaan Mataram. Dan salah satunya adalah kabupaten Madiun.

Di bawah kepemimpinan Adipati Ronggolumpeno, daerah-daerah Bang – wetan bersatu padu dan tidak mau menyerah begitu saja dengan kerajaan Mataram. Bahkan daerah yang tergabung dalam Bang-wetan berniat melakukan penyerangan, dan hal itu sudah tercium oleh Penembahan Senopati. Sehingga Panembahan Senopati mengatur strategi perang dan melakukan perundingan dengan Ki Juru Mertani bagaimana cara mengalahkan prajurit Madiun yang jumlahnya lebih banyak daripada jumlah prajurit Mataram.

[caption id="attachment_324546" align="aligncenter" width="480" caption="Kapang-kapang mengawali tari bedhaya Bedhah Madiun (ft by kota solo)"][/caption]

[caption id="attachment_324547" align="aligncenter" width="480" caption="Gerakan sila dalam tari bedhaya Bedhah Madiun yang dipentaskan di Pendapa Mangkunegaran (ft by kota solo)"]

1411110336131273460
1411110336131273460
[/caption]

[caption id="attachment_324549" align="aligncenter" width="461" caption="Tujuh penari bedhaya Bedhah Madiun di Pendapa Mangkunegaran (ft by Kaori)"]

14111104931773474598
14111104931773474598
[/caption]

Akhirnya Panembahan Senopati menyuruh salah satu abdi dalemnya perempuan yang bernama Adisara untuk membuat surat kalau Panembahan Senopati takluk kepada Adipati Ronggolumpeno dan memintanya untuk segera membubarkan pasukannya. Ketika jumlah pasukan Madiun menyusut, kesempatan itu digunakan Panembahan untuk menyerang Madiun. Karena tidak siap, maka pasukan Madiun mengalami kekalahan.

[caption id="attachment_324550" align="aligncenter" width="461" caption="Para penari berpose di bale warni, salah satu ruang di Pura Mangkunegaran (ft by Kaori)"]

1411110771959891275
1411110771959891275
[/caption]

Mengetahui tipu muslihat tersebut, Adipati Ronggolumpeno geram. Karena rasa kecewa yang mendalam, beliau-pun melarikan diri. Dalam masa melarikan diri tersebut, Adipati Ronggolumpeno tetap menyusun kekuatan. Beliau sangat sadar bahwa kekuatan musuh luar biasa. Maka beliaupun juga menyusun strategi. Setelah dirasa cukup, beliau mengangkat putrinya yang bernama Retno Dumilah untuk menjadi senopati perang. Memimpin pasukan Madiun.

Dengan sigap dan garang cundrik (pusaka perempuan) Retno Dumilah dan pasukannya mengobrak-abrik dan membinasakan pasukan Mataram. Hal itu diketahui oleh Panembahan. Untuk melindungi pasukannya, Panembahan berhadapan langsung dengan Retno Dumilah. Terjadilah peperangan yang sengit diantara keduanya. Sama-sama kuat, sama-sama tangguh. Dalam perang tersebut, diam-diam Panembahan terpesona oleh kecantikan Retno Dumilah. Dengan rayuan maut yang sedemikian gencar dilancarkan oleh Panembahan membuat cundrik Retno Dumilah terjatuh. Hal tersebut menjadi simbol kalahnya pasukan Madiun. Dan kemudian Retno Dumilahpun menjadi istri Panembahan Senopati.

Diilhami dari cerita tersebut, KGPAA Mangkunegoro IV membuat karya tari bedhaya Retno Dumilah. Namun tidak seperti bedhaya-bedhaya yang ada dalam lingkungan keraton Kasunanan Surakarta yang jumlah penarinya 9 orang, bedhaya Retno Dumilah jumlah penarinya 7 orang. Hal ini dikarenakan secara pemerintahan Mangkunegaran di bawah kasunanan Surakarta.

Namun, ada sumber lain yang mengatakan bahwa tari bedhaya Retno Dumilah merupakan karya Sultan Hamengku Buwono VIII. Raja kasultanan Yogyakarta. Karena sampai saat ini saya belum pernah menyaksikan tari bedhaya Retno Dumilah karya Sultan HB VII, maka saya tidak bisa menceritakan perbedaan keduanya. Walaupun termasuk tari putri, namun gerakan-gerakan tari bedhaya Retno Dumilah karya KGPAA Mangkunegaran IV (gaya Mangkunegaran) gagah. Karena tari tersebut merupakan tarian perang yang menggambarkan sepak terjang Retno Dumilah kala itu.

Salam budaya..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun