Hal ini seakan diamini oleh pola pikir generasi milenial saat ini yang cenderung lebih mengedepankan lifestyle, teknologi dan modernisasi sehingga sektor pertanian yang umumnya berada jauh dari kehidupan perkotaan semakin ditinggalkan.Â
Banyaknya sarjana di bidang pertanian hanya sebagian yang berkiprah di bidangnya, sehingga ilmu dan teknologi yang diperoleh dan dipelajari selama dibangku kuliah hanya berhenti sampai ijazah berada di tangan.Â
Banyaknya peneliti dan hasil-hasil proyek penelitian hanya sampai pada publikasi jurnal bereputasi tanpa pernah diaplikasikan untuk menangani problem yang ada di petani.Â
Program-program pemerintah yang setiap pemimpin ganti kebijakan atau ganti judul, hanya sebatas untuk memenuhi administrasi laporan kerja perencanaan-pelaksanaan-evaluasi tanpa memberikan dampak yang berarti. Hal inilah yang menjadikan sektor pertanian semakin terpuruk, dan semakin lama akan punah, jika tidak ada regenerasi.
Upaya mempertahankan eksistensi petani
Belum ada kata terlambat untuk memperbaiki kondisi yang ada. Pemerintah, industri, akademisi dan masyarakat harus saling bersinergi, tidak dapat berdiri sendiri-sendiri.Â
Masing-masing instansi pemerintah dapat berkolaborasi dalam upaya mempertahankan eksistensi pertanian Indonesia sebagai garda terdepan dalam memenuhi kebutuhan pangan 273 juta penduduk yang setiap tahunnya semakin meningkat. Regenerasi petani melalui petani muda harus menjadi fokus saat ini.Â
Perbanyak modal ataupun jenis-jenis kemitraan bagi petani muda khususnya yang sedang merintis, karena kendala utama petani muda pemula umumnya adalah keterbatasan modal, keterbatasan pengalaman. Namun di sisi lain banyak ilmu, inovasi dan semangat yang tinggi.Â
Jika selama ini harga di sektor hulu tidak stabil dan sangat ditentukan oleh konsumen, dengan adanya teknologi yang dikendalikan petani muda, kendala tersebut dapat diatasi.Â
Seperti dalam hal rantai penjualan hasil-hasil pertanian yang selama ini masih didominasi oleh tengkulak sehingga petani lemah dalam posisi tawar karena keterbatasan pengetahuan dan jaringan pemasaran.
Adanya teknologi tentu dapat memutus rantai tersebut, sehingga rantai pemasaran lebih efisien dan tentunya tujuan meningkatkan pendapatan petani dapat tercapai. Konten-konten edukasi pertanian dapat diviralkan, sehingga dapat memunculkan motivasi bagi pemuda-pemuda khususnya yang berada di desa agar lebih bersemangat lagi dalam bertani.Â