Mohon tunggu...
Hermanto P
Hermanto P Mohon Tunggu... wiraswasta -

Hermanto P Pasaribu, SH lahir di Tapanuli Utara, 5 September 1992. Lulus dari Fakultas Hukum Universitas Katolik Santo Thomas, Sumatera Utara. Tulisan ini tidak bermaksud untuk mendiskreditkan. Namun sebagai acuan untuk Indonesia yang lebih baik. Demi mengejar cita-cita negara yang maju dan sejahtera, mari memilih pemimpin yang betul-betul bekerja untuk rakyat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Kota Tarutung Kami Damai

2 Oktober 2018   06:00 Diperbarui: 2 Oktober 2018   06:14 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Tarutung merupakan ibukota dari Kabupaten Tapanuli Utara, yang terletak di Provinsi Sumatera Utara. Kota ini memiliki jumlah penduduk sekitar 42.125 jiwa,  yang terdiri dari mayoritas Suku Batak Toba. Namun,  terdapat berbagai suku pendatang seperti Suku Jawa, Padang, Nias, dan suku-suku lainnya, hingga etnis Tionghoa. 

Mayoritas penduduk dikota ini (suku Batak Toba) menganut agama Kristen. Bahkan kota ini menjadi pusat dari salah satu sinode gereja Kristen Protestan terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara,  yaitu Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Kantor Pusat HKBP terletak di Pearaja, Tarutung. Hingga tidak mengherankan jika dikota ini terdapat sebuah bangunan salib raksasa setinggi 30 meter lebih didaerah perbukitan Siatas Barita,  yang dinamakan dengan Salib Kasih.

Terlepas dari citra kota Tarutung sebagai kota wisata rohani umat Kristen,  ada hal menarik yang sepantasnya perlu dicontoh oleh berbagai daerah di Indonesia. Hal menarik yang patut untuk dicontoh itu adalah kerukunan antar umat beragama, serta kebebasan beribadah dan mendirikan tempat ibadah. 

Dikota Tarutung, mayoritas sangat menghargai minoritas, baik dari segi kesukuan, etnis,budaya, hingga agama. Hal ini merupakan wujud nyata dari Kebhinekaan yang telah dipegang teguh dan dilaksanakan semenjak Republik ini berdiri.

Jika diberbagai daerah muncul polemik tentang perbedaan keyakinan, diskriminasi oleh kaum mayoritas terhadap kaum minoritas,  hingga penyegelan beberapa tempat ibadah (gereja)  pada akhir-akhir, maka sudah saatnya bangsa ini berbenah dan belajar lebih dewasa dalam menyikapi berbagai perbedaan. Semoga kejadian atas penyegelan beberapa gereja di Jambi tidak memunculkan berbagai polemik baru,  apalagi sampai mempolitisir kejadian tersebut untuk kepentingan kelompok politik. Sebab banyak hal yang lebih penting untuk dibenahi daripada sekedar mempersoalkan kebebasan beragama dan beribadah. Jika diberbagai daerah sibuk mempersoalkan perbedaan dan keyakinan,  maka belajarlah dari Kota Tarutung.  Sebab dikota Tarutung, kami damai-damai saja. (HP) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun