Kelompok etnik Batak Toba sebagai bagian dari kelompok etnik Batak yang mempunyai filosofi budaya, yang dimana filosofi ini akan menuntun dan menjadi pedoman kelompok etnik Batak Toba dalam menggapai kehidupan yang lebih baik. Hal ini dapat kita lihat dari arsitektur rumah adat etnik Batak Toba, dimana Atap rumah etnik Batak Toba memiliki atap depan yang lebih tinggi daripada atap yang di belakang.
Hal itu mengandung filosofi bahwa anak seharusnya lebih "tinggi" daripada orang tua, yang dalam falsafat Batak-nya panangkokhon ma ianakhon sian natorasna.Â
Artinya, anaklah yang harus dikedepankan, agar lebih maju mengharumkan nama orang tua. Bentuk Rumah adat batak toba merupakan bangunan dengan tampilan fisik khusus yang dilengkapi dengan berbagai ornamen maupun warna yang melambangkan suatu makna dan kepribadian masyarakat (Regita, 2018). Rumah adat Batak memiliki konstruksi yang menimbulkan suatu gambaran alam dan juga dianggap memiliki jiwa (Aritonang.RE dkk 2019 : 13).
Bangsa Batak khususnya batak Toba juga menerapkan demensi fractal (geometris) dalam Gorga Ruma Batak Toba (Indonesian Archipelago Cultural Initiatives). Dalam Ukiran Batak, gorga batak toba memiliki dimensi fraktal yaitu berada diantara dimensi garis dan bidang dua dimensi.Â
Bishop (1988) mengatakan bahwa matematika dapat dipahami sebagai produk budaya, yang telah berkembang sebagai hasil dari berbagai kegiatan menghitung dan mengukur.
Rumah adat Batak Toba pada bagian-bagian lainnya terdapat ornamen-ornamen yang penuh dengan makna dan simbolisme, yang menggambarkan kewibawaan dan kharisma.Â
Berdasarkan hasil eksplorasi ornamen diperoleh beberapa jenis ornamen rumah batak toba  motif geometris (Yaitu suatu hiasan dengan pola dasarnya adalah gambar - gambar ilmu ukur dengan sistem pengulangan dalam bentuk garis -- garis sejajar, lingkaran diagonal, segitiga dan lain -- lain.), yaitu:
1. Geometri dalam Ornamen Ipon-Ipon yaitu setengah lingkaran dan segitiga