Mohon tunggu...
sari asriani
sari asriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta

Mahasiswa jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Deepfake, Pengabur Batas Realitas

5 Juli 2024   00:20 Diperbarui: 5 Juli 2024   00:23 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital yang penuh kemajuan pesat, kecerdasan buatan (AI) menjelma menjadi kekuatan luar biasa. Kemampuannya merambah berbagai lini kehidupan, dari pekerjaan hingga hiburan, membawa banyak manfaat dan kemudahan. Namun, di sisi lain, AI memiliki dampak buruk yang mengerikan, membuka celah bagi manipulasi dan kebohongan melalui teknologi deepfake.

Deepfake, yang merupakan singkatan dari "deep learning" dan "fake", adalah teknologi yang memanfaatkan AI untuk memanipulasi konten, terutama video dan audio. Manipulasi ini dapat berupa penggabungan wajah, suara, atau elemen lain untuk menciptakan konten baru yang tampak nyata. Di satu sisi, deepfake membuka gerbang kreativitas tanpa batas, memungkinkan pembuatan video lucu, konten edukasi menarik, avatar virtual realistis, dan masih banyak lainnya.

Namun, di sisi lain, deepfake dapat menjelma menjadi senjata manipulasi berbahaya. Video deepfake yang dibuat dengan cermat dapat menipu mata dan telinga awam, menjebak mereka dalam informasi palsu dan menyesatkan. Hal ini berpotensi memicu perpecahan sosial, merusak kredibilitas individu dan institusi, bahkan berujung pada kekacauan dan kerusuhan.

Deepfake video dapat meniru wajah, suara, atau gerakan tubuh seseorang, menciptakan hasil bahwa mereka melakukan atau mengatakan sesuatu yang tidak pernah mereka lakukan. Hal ini dapat berakibat fatal bagi reputasi, mental, dan bahkan kehidupan korban. 

Deepfake audio juga mampu meniru suara seseorang dengan sangat akurat, bahkan untuk mengucapkan kata-kata yang tidak pernah mereka ucapkan. Hal ini dapat disalahgunakan untuk menyebarkan informasi palsu atau merusak reputasi seseorang.

Bahaya deepfake tidak berhenti di situ. Teknologi ini juga dapat digunakan untuk melakukan penipuan, seperti meniru suara seseorang untuk meminta uang, informasi pribadi, atau akses ke akun mereka. Selain itu, deepfake dapat digunakan untuk pencurian identitas, cyberbullying, dan propaganda.

Perkembangan teknologi deepfake yang pesat membuat semakin sulit untuk membedakan antara konten asli dan palsu di dunia digital. Kemampuannya untuk memanipulasi realitas dengan cara yang meyakinkan menjadikannya alat berbahaya di tangan yang salah.

Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya deepfake, mengembangkan alat dan teknologi untuk mendeteksinya, mendorong regulasi yang lebih kuat untuk memerangi penyalahgunaannya, dan mendukung penelitian dan pengembangan teknologi anti-deepfake. Dengan upaya bersama, kita dapat meminimalkan bahaya deepfake dan memanfaatkan potensinya untuk kebaikan.

Masa depan deepfake tidak ditentukan oleh teknologinya sendiri, tetapi oleh bagaimana manusia memilih untuk menggunakannya. Dengan langkah-langkah yang tepat, deepfake dapat menjadi alat yang ampuh untuk kemajuan dan kebaikan. Namun, tanpa kewaspadaan dan tindakan preventif, deepfake dapat menjadi ancaman serius bagi stabilitas dan keamanan masyarakat.

Penting untuk diingat bahwa masa depan deepfake berada di tangan kita. Dengan memilih untuk menggunakannya secara bertanggung jawab, kreatif, dan etis, kita dapat membuka peluang baru untuk kemajuan dan meminimalkan potensi bahayanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun