Aashi,Adalah lelaki yang mekarkan gemuruh rindu dalam sentuh bibir pada kulit bahu kiriku. Memeluk sebayang hasrat, berkubang cumbu dalam palung paling gelap. Tanpa kata, hanya hela napas terdengar serupa irama pengiring tarian kama; gamasamsara.
Tuang saja secawan resah yang menghantui sepisepi malammu, Tuan! Teguk, reguk, selayak madu di bentang nikmat tanpa suara, hanya desah. Hanya kau dan aku. Dan dinding bisu sebagai saksi.
Aashi,,
Usah lagi ragu dengungkan kata sayang pada bentara langit di luar sana. Usah rungsingkan kicau burung yang riuh berkabar sekata dusta. Kita selesaikan saja gairah tak tertandas semalam.
Aashi,
Eratkan hatimu agar tak terjatuh pada fatamorgana tercipta. Atau, terpasung kau dalam candu yang menetes dari sesela yoni
Mengikat waras nalarmu pada obsesi puisi di tubuhku.
#poeds/2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H