Mohon tunggu...
sari aryanto
sari aryanto Mohon Tunggu... Editor - Fiksi Diksi Kopi

Fiksi Diksi Kopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ilusi Rahsa

1 Februari 2023   16:39 Diperbarui: 1 Februari 2023   16:42 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aashi,Adalah lelaki yang mekarkan gemuruh rindu dalam sentuh bibir pada kulit bahu kiriku. Memeluk sebayang hasrat, berkubang cumbu dalam palung paling gelap. Tanpa kata, hanya hela napas terdengar serupa irama pengiring tarian kama; gamasamsara.

Tuang saja secawan resah yang menghantui sepisepi malammu, Tuan! Teguk, reguk, selayak madu di bentang nikmat tanpa suara, hanya desah. Hanya kau dan aku. Dan dinding bisu sebagai saksi.

Aashi,,
Usah lagi ragu dengungkan kata sayang pada bentara langit di luar sana. Usah rungsingkan kicau burung yang riuh berkabar sekata dusta. Kita selesaikan saja gairah tak tertandas semalam.

Aashi,
Eratkan hatimu agar tak terjatuh pada fatamorgana tercipta. Atau, terpasung kau dalam candu yang menetes dari sesela yoni
Mengikat waras nalarmu pada obsesi puisi di tubuhku.

#poeds/2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun