Kompasianers, masih ingat lagu Layang-layang kan? Lagu anak-anak yang sering dinyanyikan di sekolah dasar sekaligus sebagai sarana mendidik bagi anak-anak dalam bermain. Sampai sekarang pun lagu fenomenal ini masih diperdengarkan dengan berbagai aransemen dan video ilustrasi yang menarik.
Yuk kita nostalgia sejenak dengan lagunya, begini liriknya:
"Kuambil buluh sebatang, kupotong sama panjang. Kuraut dan kutimbang dengan benang. Kujadikan layang-layang. Bermain, berlari. Bermain layang-layang. Bermain ku bawa ke tanah lapang. Hati gembira dan senang."
Demikian penggalan liriknya. Lagu ini sangat sederhana dengan pilihan kata yang mudah dimengerti anak-anak. Ada tiga poin penting yang coba ditanamkan sebagai nilai didik dalam lagu ini yaitu: kemandirian, kepedulian dan kegembiraan.
Sepanjang syair lagi ini, anak-anak diajarkan untuk membuat layang-layang sendiri, bukan dengan membeli atau meminta dibuatkan orang lain. Pun prosesnya tidak serta merta menjadi layang-layang. Bambu harus diraut hingga halus, ditimbang agar layangan seimbang lalu akhirnya menjadi layang-layang.
Bermain layang-layangnya pun harus di tanah lapang. Jangan di dekat pemukiman yang banyak kabel listrik, apalagi di daerah padat yang dapat mengganggu ketertiban. Bermain adalah kesenangan anak-anak. Bermain merupakan kebutuhan anak-anak, namun perlu mengikuti aturan bermain. Jika semua sudah diikuti, maka kesenangan tidak ada penghalang lagi.
Sejarah Layang-layang
Kaghati, yang terbuat dari daun Kolope (sejenis umbi hutan). Di Nusantara sendiri banyak ditemukan jenis layang-layang primitif yang terbuat dari berbagai jenis daun-daunan (sumber: id.wikipedia.com).
Permainan layang-layang pertama sekali dikenal sekitar 2500 Sebelum Masehi (SM) di China, menurut sumber tertulis dari sejarah negeri China. Namun penggambaran layang-layang telah ditemukan dalam gua zaman mesopolitik di Pulau Mina, Sulawesi Tenggara sejak 9500-9000 SM. Dalam lukisan tersebut, layang-layang disebutBerbeda dengan layang-layang purba dari Indonesia, layang-layang dari China terbuat dari kain sutera dan bambu emas sebagai kerangkanya. Dan gambaran layang-layang China inilah yang menjadi gambaran layang-layang masa kini.
Namun banyak sejarawan dunia yang meyakini bahwa layang-layang pertama di dunia adalah yang berasal dari Indonesia, mengingat terdapat banyak lukisan purba mengenai layang-layang dalam keseharian manusia purba di Indonesia, yang usianya bahkan lebih tua dari layang-layang di China.
Kaghati, layang-layang purba asal Indonesia ini tidak diketahu jelas apa fungsinya. Namun selain sebagai permainan, layang-layang di Indonesia dulunya digunakan untuk mengusir hama di sawah. Sejenis bambu digantungkan pada layang-layang akan mengeluarkan bunyi tertentu saat tertiup angin dan bergoyangan mengikuti layang-layang akan mengusir hama tanaman di sawah.