Menurut saya, Iksan Skuter sangat berhasil menciptakan warna lain bagi lagu ini. Warna musik yang lebih modern dengan suara generasi terkini diwakili oleh suara Iksan Skuter membuat balada cinta ini lebih bisa diterima telinga generasi kini. Namun balada adalah jati diri lagu ini yang tak mungkin bisa diubah, sehingga dari syairnya tetap tergambar jelas bahwa lagu ini tempahan masa lalu.
Lagu ini rasanya tak akan mungkin terpisah dari nama Franky, bahkan ketika generasi terdahulu mendengarkannya sekarang, bayangan Franky Sahilatua akan tetap menari di dalam benak, namun Iksan Skuter telah menjadi jembatan yang menghantarkan lagu ini masuk ke telinga generasi muda.
Generasi muda yang menyukai balada boleh jadi jatuh hati pada lagu ini. Bagi mereka yang menyukai puisi cinta yang manis, syair lagu ini menjadi rujukan yang tepat. Iksan Skuter tak mengubah satu kata pun dari syair lagu ini. Nada dan syair balada cinta ini sungguh berikatan. Pergeseran makna bisa terjadi jika mengubah sedikit saja syairnya.
Senandung di Balik Jendela
Lagu tipe balada ini memang identik dengan senandung di balik jendela. Lagu yang sering dinyanyikan secara senandung di sore hari menjelang malam saat jendela rumah mulai ditutup. Waktu yang indah untuk melantunkan rasa cinta, menunggu malam pujaan hati datang mengetuk jendela.
Lagu ini bukan lagi sebatas senandung di balik jendela, namun kini dinyanyikan saat rindu bahkan saat saat pikiran tengah penat dengan pekerjaan yang menguras perasaan. Lagu balada cinta ini menjadi penyejuk jiwa yang lelah.
Cahaya yang Memancar dari Cintaku
“Malam oh malam jangan turun di sini, Jangan kurung gadisku dengan sayapmu, Biarkan dia bersama cahaya, Yang memancar dari cintaku.”
Inti dari lagu ini adalah perasaan cinta yang kuat. Sebegitu kuat hingga cahayanya mampu mengalahkan kekuatan sayap malam. Cinta akan menjadi penerang bagi hati yang dilanda kegelapan. Ini yang tak berubah dari jaman lagu ini dipopulerkan oleh Franky hingga jaman kini lagu ini diaransemen ulang oleh Iksan. Bahasa cinta yang berbeda, namun perasaannya tetap sama kuatnya.
Saya tak ingin membandingkan dua musisi hebat ini untuk memilih mana yang terbaik, versi siapa yang lebih bagus. Keduanya sama bagusnya. Franky menghidupkan lagu ini, dan Iksan menghidupkannya kembali untuk menyampaikan kepada generasi sekarang bahwa pernah ada balada cinta yang hebat di jaman dahulu, dan hingga kini pun kehebatan itu masih dapat dirasakan dengan aransemen yang berbeda.
Link: Untukmu Gadisku (Franky Sahilatua) , Untukmu Gadiku (Iksan Skuter)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H