Malam ini, tak seperti malam-malam sebelumnya buat saya. Biasanya saya menghabiskan malam menjelang waktu tidur dengan menonton televisi atau sekedar membaca. Menonton sedikit monoton. Membaca sedikit terasa ada kejenuhan. Maka saya memilih mendengarkan musik.
Saya memang tak hobi bernyanyi, hanya sesekali dan tentu saja, menyanyikan lagu hanya sebait-sebait, rasanya tak pernah menghabiskan satu lagu dari awal hingga akhir. Kecuali sedang berlatih, terlebih ketika akan menghadiri hajatan pernikahan. Saya paling takut ditodong menyanyi, maka biasanya saya persiapkan satu lagu. Cukup, satu saja.
Malam ini saya teringat pada satu lagu yang di masa kecil pernah saya dengarkan. Tidak sering, tapi pernah dan beberapa kalimat syairnya begitu membekas dalam ingatan. Bukan lagu anak-anak, tapi ya sudah terlanjur saya dengar dan nadanya mengena di hati saya. Syairnya yang relatif pendek namun menggunakan pilihan kata yang dalam. Saya suka lagunya.
“Dengar angin mengusik batang-batang padi, Sebelum matahari meninggalkan senja, Dengar juga senandung di balik jendela, Sebelum memasuki sunyi”
Itu adalah sepenggal syair lagu Untukmu Gadisku yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Franky Sahilatua dan Johnny Sahilatua. Dirilis tahun 1984 dengan genre Pop Country menjadi satu-satunya album yang dirilis dengan nama Franky dan Johnny Sahilatua. Selebihnya Franky merilis album duet bersama Jane Sahilatua, Album Trio Franky, Jane dan Johnny serta beberapa album solo.
Lagu Untukmu Gadisku ini merupakan satu dari sekian karya emas Franky Sahilatua. Lagu ini begitu identik dengan Franky, di masanya lagu ini tak dapat dipisahkan dari nama besar Franky. Mendengar lagi ini pasti hanya mengingat nama Franky Sahilatua.
Lagu balada percintaan ini mengisahkan seorang pria yang mencintai gadis desa yang terkurung dalam rumah kecil berpagar, sebagai gambaran kehidupan desa yang begitu menjaga tradisi.
Anak perempuan harus di rumah, terlebih ketika matahari telah meninggalkan senja dan jendela rumah telah ditutup. Namun cinta bergejolak di hati lelaki muda untuk membawa pujaan hati memetik bunga liar di tempat paling indah memadu kasih, ya di pematang di sisi kali. Diterangi sinar bulan yang benderang. Ahhh, romatisnya.
Mungkin di antara pembaca ada yang mengingat kisah bunyi botol di bawah jendela, atau batu kecil yang dilemparkan ke daun jendela, atau barang kali tiruan suara burung malam pertanda Arjuna telah datang berkunjung di bawah jendela kamar sang pujaan hati. Entahlah, saya tidak hidup pada jaman itu.
Iksan Skuter mencoba membawakan balada cinta di tengah gempuran lagu cinta modern yang lebih menonjolkan kebebasan dan cinta yang vulgar dalam liriknya. Membawa musik yang lebih kekinian dengan gitar dan flute menggantikan gitar akustik dan keyboard di jaman Franky.
Iksan Skuter boleh jadi sangat berani mengaransemen ulang lagu ini dengan warnanya sendiri. Ikatan yang kuat antara lagu ini dengan nama Franky akan menjadi tantangan berat. Saya meyakini, sulit bagi musisi manapun untuk membawa lagu ini keluar dari nama besar Franky.