Mohon tunggu...
Sarianto Togatorop
Sarianto Togatorop Mohon Tunggu... Guru - Pengajar yang menyukai kebebasan

Seseorang yang tak tahu kalau dia ada

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Membandingkan Jumlah Sampah Sisa Makanan dan Jumlah Penduduk Miskin Indonesia

9 Juni 2020   05:15 Diperbarui: 9 Juni 2020   06:13 1708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sisa makanan dibuang ke dalam tong sampah (sumber: trubus.id)

Indonesia adalah negara peringkat kedua penghasil sampah plastik terbanyak di dunia. Keseharian masyarakat kita akrab dengan plastik seperti berbelanja, membungkus barang hingga kemasan makanan menggunakan plastik. Plastik menjadi barang sehari-hari yang menjadi sampah rutin rumah tangga.

Selain penghasil sampah plastik, Indonesia tercatat juga menghasilkan sampah yang tinggi. Data hasil publikasi Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK, dikutip dari indopos.com) menyatakan bahwa rata-rata jumlah sampah yang dihasilkan per hari mencapai 175.000 ton yang jika dikalkulasikan per tahunnya sebesar 64 juta ton.

Angka yang sangat fantastis. Jika kita andaikan itu adalah hasil pertanian, jumlah itu akan melebihi hasil panen padi per tahun di Indonesia yang hanya mencapai 54,6 juta ton gabah (sumber: bps.id). Artinya kita negara kita menghasilkan lebih banyak sampah dari pada sumber makanan utama. Menarik sekali.

Hal yang lebih menarik lagi adalah, bahwa dari sekian besar sampah yang dihasilkan di negara kita, 13 juta ton di antaranya adalah sisa makanan. Perilaku masyarakat kita yang suka menyisakan makanan tentu menjadi salah satu penyebab banyaknya sampah sisa makanan.

Saya penasaran lagi dengan jumlah penduduk miskin di Indonesia, data yang saya peroleh adalah pada bulan Maret 2019, jumlah penduduk miskin di Indonesia berjumlah 25,14 juta jiwa(sumber BPS, dikutip dari kompas.com).

Sekarang mari kita tarik garis merah antara sampah makanan dengan jumlah penduduk miskin di Indonesia. Jika jumlah sampah sisa makanan (13 juta ton) dibagi dengan jumlah penduduk miskin (25,14 juta jiwa) maka akan diperoleh hasil 517,1 kg per tahun.

Artinya jika saja sampah sisa makanan itu kita jadikan bahan makanan, maka satu orang penduduk miskin mendapat 517,1 kg bahan makanan dalam setahun.

Sebentar, apa kaitannya? Begini, jika saja kita bisa menekan jumlah sampah sisa makanan atau mengubahnya menjadi dana yang dapat kita gunakan untuk membantu penduduk miskin di Indonesia, maka kita bisa menghasilkan 517,1 kg bahan makanan yang dapat diberikan kepada mereka.

Dalam sebulan, kami bisa menghabiskan sekitar 20 kg beras untuk keperluan konsumsi keluarga dalam keadaan normal. Berarti dalam setahun konsumsi beras kami sekitar 240 kg, untuk satu keluarga. Bandingkan dengan hasil perhitungan di atas tadi. 517,1 kg sudah melebihi 2 kali lipat konsumsi beras per tahun kami (240 kg). 

Artinya jika sampah sisa makanan yang kita hasilkan per tahun bisa kita tekan, kita ubah menjadi bantuan bagi keluarga miskin, maka dengan menghemat kita dapat menyelamatkan kebutuhan beras lebih dari dua keluarga dalam setahun. Saya ulangi, setiap orang dapat menyelamatkan kebutuhan beras dua keluarga dalam setahun. Luar biasa.

Membuang Rp 27 triliun setiap hari
Berdasarkan data BPS yang dikutip dari brilio.net, Indonesia mengimpor limbah sisa makanan untuk keperluan seperti pakan ternak yang jika dirupiahkan nilainya mencapai 27 triliun rupiah. 

Pakan ternak ini berasal dari limbah sisa makanan yang diolah menjadi pakan ternak. Sementara kita menghasilkan 13 juta ton sampah sisa makanan yang dibuang menjadi sekedar sampah. 27 triliun rupiah kita buang ke tong sampah.

Mengapa kita tidak mengolahnya? Mengapa kita tidak menjadikan 27 triliun rupiah itu menjadi dana yang dapat digunakan untuk membantu mengurangi kemiskinan? Saya tak tahu, tapi mungkin banyak faktor penyebabnya. 

Tapi sederhananya, bukankah lebih baik tidak menjadikan 27 triliun rupiah itu menjadi sampah (karena kita tdak bisa mengolahnya) dengan cara menekan jumlah sampah sisa makanan. Katakan saja menghemat apa yang dimasak atau mengambil makan secukupnya saja supaya tidak bersisa. Itu lebih mudah.

Satu Orang 300 kg per tahun
Dikutip dari suara.com, satu orang penduduk Indonesia dalam satu tahun menghasilkan sampah makanan sekitar 300 kg. Tentu saja itu bukan hanya nasi. Padahal dalam setahun satu keluarga menghabiskan beras sekitar 240 -- 300 kg. Jika dalam satu keluarga terdapat 4 orang, maka diperkirakan dalam satu tahun keluarga tersebut menghasilkan sampah makanan 1,2 ton. Jumlah yang sangat fantastis, melebihi konsumsi berasnya.

Apa yang salah dengan ini? Sangat salah. Kita membuang jumlah makanan terlalu banyak dari pada yang dapat dikonsumsi. Ini bukan lagi sekedar pemborosan, tetapi ketidakmampuan (saya lebih ingin menyebutnya dengan kebodohan) dalam mengelola makanan.

Bayangkan dalam sepiring nasi goreng yang kita pesan di restoran, kemudian kita habiskan hanya 75% nya. 25% akan menjadi sampah. 25% nya itu tetap kita bayar bukan? Artinya 25% dari uang kita akan terbuang sia-sia ke dalam tong sampah.

Atau seorang ibu rumah tangga yang memasak hidangan keluarga. Ternyata hanya dihabiskan 80%, 20% nya terbuang. Bukankah yang 20% makanan ini adalah dari belanja bahan makanan rumah tangga? Bukankah untuk membuat 20% sisa makanan tadi juga diperlukan gas, minyak, bumbu-bumbu bahkan listrik untuk mengolahnya hingga menjadi makanan? Kalau kita hitung semua biayanya, berapa rupiah yang kita buang ke dalam tong sampah? Banyak.

Sampah Sisa Makanan dan Jumlah Penduduk Miskin
Saya langsung ke intinya saja. Jika kita menjadikan 13 juta ton sampah sisa makanan tadi menjadi sumber bahan makanan, katakan saja beras, berapa banyak penduduk miskin yang dapat kita bantu dalam setahun? Jika kita menghemat 27 triliun rupiah per hari itu dengan mencegah sampah sisa makanan, berapa banyak penduduk miskin yang dapat kita bantu dalam sehari?

Jujur saja, saya terkejut melihat angka-angka ini. Ternyata uang kita lebih banyak terbuang ke tong sampah dari pada yang dapat kita berikan untuk membantu penduduk miskin di negara kita. Ini sebuah kekeliruan, dan mungkin kita belum menyadarinya.

Melihat angka ini, menghentaskan kemiskinan dapat juga ditempuh dengan mengurangi sampah sisa makanan. Jika 27 triliun yang terbuang tadi dapat kita selamatkan, maka kita dapat membantu 11% penduduk miskin di negara kita untuk mampu mendapat makanan yang cukup dan layak.

Apa yang dapat kita lakukan? Hanya hal kecil namun butuh kesungguhan dari kita semua untuk melakukannya.

  • Mulai menghemat makanan, memasak secukupnya, ambil makanan secukupnya
  • Berbelanja bahan makanan secukupnya, jangan sampai kadaluarsa karena tak kunjung dikonsumsi
  • Mengolah kembali sisa makanan sehingga dapat dikonsumsi dalam bentuk hidangan berbeda
  • Membiasakan menghabiskan makanan, bahkan anak-anak perlu diajarkan dan dibiasakan
  • Mengubah sampah makanan menjadi kompos
  • Sumbangkan bahan makanan yang tidak dikonsumsi sebelum membusuk

Setiap langkah sederhana yang kita lakukan dapat menimbulkan efek luar biasa. Jika setiap kita berkomitmen untuk melakukan penghematan makanan, maka negara ini dapat terbantu triliunan rupiah untuk membangun kehidupan masyarakat. Kemiskinan memang akan selalu ada, namun bukan berarti kita tidak bisa menguranginya. (ST)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun