Kita butuh penghayatan akan nilai-nilai Pancasila, aplikasi secara nyata kelima sila Pancasila, bukan sekedar hafal. Kita tak butuh lagi Pancasila yang berdiam dalam ingatan, kita butuh Pancasila yang nyata dalam tindakan.Â
Kenapa kita tidak mengganti pertanyaan itu dengan "Apa yang sudah kamu lakukan sebagai bukti nyata bahwa kamu menghayati dan meyakini Pancasila sebagai dasar negara kita?" Atau "Bagaimana Pancasila mempengaruhi cara kita bersikap sebagai warga negara Indonesia?" Bukankah pertanyaan itu akan lebih menantang dan tentu saja lebih menunjukkan kecerdasan ketimbang hanya menghapalkan Pancasila.
Mungkin Bambang Susatyo ingin memberikan sebuah pertanyaan kejutan bagi peserta, pertanyaan sederhana yang tak disangka akan ditanyakan oleh dewan juri. Namun sudah seharusnya menganalisa efek yang ditimbulkannya sebelum dipertanyakan.
Warga Negara yang baik, hafal Pancasila?
Saya setuju saja jika kita harus ingat kelima sila Pancasila, namun jika tuntutannya harus hafal, saya kurang sependapat. Pancasila memang harus ada dalam benak kita, dalam ingatan kita, dalam hati kita.Â
Namun tidak hanya sebatas ingatan, dan bukan ingatannya yang terutama, namun Pancasila harus nyata dalam tindakan, dalam keseharian kita, dalam cara berpikir, bekata dan bertindak kita.
Warga negara yang baik, bukan yang hafal Pancasila tapi yang menerapkannya secara nyata. Tidak cukup hanya mengingat, namun bukti nyata tindakan. Pancasila yang direfleksikan lewat tindakan bertuhan, perikemanusiaan, persatuan, jiwa kerakyatan dan penerapan prinsip keadilan.
Pancasila tak akan menjadi apa-apa jika hanya berada dalam ingatan, namun Pancasila akan menjadi nyawa jika kita terapkan dalam tindak nyata. Seberapa banyak di antara kita yang mampu menghafalkan Pancasila? Banyak. Namun seberapa banyak di antara kita yang mampu menerapkan Pancasila secara nyata? Jumlahnya pasti kalah banyak dari yang hafal.
Dalam sebuah ujian Bantara kegiatan pramuka di sekolah tempat saya bertugas, salah satu syarat kecakapan umum yang harus dikuasai oleh seorang anggota pramuka penegak adalah mampu memberikan contoh penerapan kelima sila Pancasila. Bukan mampu menyebutkan kelima silanya.Â
Namun lebih kepada apa yang dilakukan sehari-hari sebagai wujud pengamalan kelima sila Pancasila. Kita semua sudah selayaknya ingat, namun memahami Pancasila bukan tentang hafalan.
Membawa Pancasila dalam ranah hafalan terlalu merendahkan Pancasila. Sudah saatnya kita berhenti memaknai Pancasila sebagai bentuk ingatan tanpa makna, namun saatnya kita tunjukkan bukti nyata dalam tindakan bahwa Pancasila ada dan menjadi inner power seluruh warga negara Indonesia.