Mohon tunggu...
Maya Puspitasari
Maya Puspitasari Mohon Tunggu... Guru - SMPN 3 Pante Bidari

Seorang guru penggerak yang terus tergerak, bergerak, dan menggerakkan demi mencerdaskan anak bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hukum Tanam Tuai

5 Februari 2023   16:17 Diperbarui: 5 Februari 2023   16:28 2925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perhatikanlah kehidupan ini, sejatinya ia adalah ladang untuk menanam dan memanen. Apa yang ditanam itu yang dituai. Seseorang berbuat baik berharap orang lain juga berlaku demikian. Seseorang menghargai pendapat orang lain karena dalam tindakan tersebut timbul harap agar orang lain pun dapat melakukan hal yang sama. Seseorang memperlakukan demikian karena ingin diperlakukan hal yang sama, tidak mesti oleh orang yang sama. Hukum alam akan mengantarkan orang baik lainnya untuk berlaku demikian. Hal ini sangat sering dialami di berbagai sektor kehidupan.

Dalam sebuah komunitas, tak dipungkiri sering dijumpai orang-orang yang mempunyai visi yang sama dalam membangun dan membina komunitas agar mendapat tempat di mata masyarakat. Membangun kepercayaan masyarakat dan meningkatkan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Alasannya adalah ingin komunitasnya punya tempat di hati masyarakat, dikenal baik, dan meninggalkan kenangan yang baik pula. Di sana terjadi hukum sebab akibat yang merupakan sunnatullah. Begitulah kehidupan, hakikatnya kebaikan atau keburukan yang dilakukan berpulang kepada diri sendiri. Sebagaimana firman Allah:

"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri." (Q.S Al-Israa: 7).

Sama halnya dalam sebuah lembaga, bagaimana seorang manajer memperlakukan bawahannya laksananya partner atau tim pendukung dalam mewujudkan visi misi lembaga. Bagaimana seorang manajer dapat menghargai bawahannya dalam setiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Karena hal tersebut akan berimbas kembali padanya.

Jangan sampai karena satu kesalahan yang tidak sengaja ia lakukan menghilangkan seribu kebaikan yang sudah ia tunaikan. Bila hal ini terjadi sungguh ini merupakan sebuah ketidakadilan yang patut dipertanyakan. Padahal kita mengetahui bahwa berbuat kesalahan adalah tindakan manusiawi yang tidak patut dijadikan bahan tertawaan atau pembicaraan bahkan menghakiminya dengan image negatif. Yang patut dilakukan adalah sudahkan kita bercermin dari peristiwa itu, menjadikannya pelajaran agar tidak terulang di kehidupan kita?

Begitupun dalam hubungan keluarga, orang tua dan anak, suami dan isteri, kakak dan adik. Ada ruang untuk saling memenuhi kebutuhan. Ada saatnya memberi dan ada saatnya menerima, memberilah agar diberi. Yang lebih tua akan mengajarkan yang muda agar menjadi pribadi yang baik.

Namun, fenomena yang sering terlihat di layar kaca bahwa tak jarang orang baik menjadi bulan-bulanan untuk dipermainkan dan dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Mengapa demikian? Seolah-olah tindakan tersebut lumrah terjadi, bisa dibayangkan apabila tayangan-tayangan tersebut menjadi asupan rutin para generasi muda maka jangan salahkan jika di dalam kehidupan nyata itu yang terjadi.

Orang-orang baik yang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi atau golongan. Apakah oknum-oknum yang berpendidikan tinggi atau tidak? Dari keluarga terpandang atau bukan? Mengapa berbuat dhalim terhadap orang-orang baik? Itu kembali ke tabiat individu tersebut. 

Barang kali ada sisi rapuh dalam dirinya yang belum terobati, ada ruang kosong dalam diri inner child-nya yang terluka, sehingga butuh pemulihan lebih dulu, butuh treatment khusus untuk mengobatinya. Tidak mungkin orang berlaku buruk tanpa sebab. Pada dasarnya orang-orang akan memperlakukan orang lain sebagaimana ia biasa diperlakukan. Ini adalah hukum alam yang tidak bisa dimanipulasi. 

Oleh karena itu, dalam segala situasi apapun, keberuntungan atau kemalangan yang dihadapi, tumbuhkan pikiran positif. Sekalipun itu sukar latihlah, perlahan akan terbiasa. Sesulit apapun kondisi yang dialami, yang pertama muncul adalah kata positif. Jadilah orang baik yang senantiasa menebar kebaikan. Bergaullah dengan orang-orang baik, pilih komunitas yang memiliki visi misi dalam kebaikan. Be positive mind, positive thinking, and positive vibes. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun